Senin, 27 Februari 2012

Aliran Filsafat Pendidikan Esensialisme


KATA PENGANTAR
BISMIL~1

Puji dan syukur penulis ucapkan ke hadirat Allah SWT, yang telah melimpahkan taufik dan hidayah-Nya kepada penulis, sehingga penuis dapat menyelesaikan makalah  ini tepat pada waktunya. Salawat beriring salam tercurahkan pada junjungan kita yaitu Nabi besar Muhammad SAW.
Makalah yang berjudul Aliran Filsafat Pendidikan Esensialismeini bertujuan untuk memenuhi tugas akhir perkuliahan Filsafat Pendidikan pada jurusan Pendidikan Guru Sekolah Dasar, Fakultas Ilmu Pendidikan, Universitas Negeri Padang.
Dalam kesempatan ini dengan segala kerendahan hati, penulis mengucapkan terima kasih kepada pihak-pihak yang juga telah berperan serta menyelesaikan makalah  ini, diantaranya:
1.          Ibu Dra. Nur Asma, M.Pd, selaku Dosen Pembimbing mata kuliah filsafat pendidikan, jurusan Pendidikan Guru Sekolah Dasar, Fakultas Ilmu Pendidikan, Universitas Negeri Padang.
2.          Kedua orang tua dan famili yang telah memberikan dorongan, semangat, nasehat dan do’a serta melengkapi segala kebutuhan baik itu moril maupun materil  
 
Dan kepada semua pihak yang tidak dapat disebutkan namanya satu persatu penulis ucapkan terimakasih yang sebesar-besarnya. Semoga semua bantuan yang diberikan kepada penulis mendapat pahala di sisi Allah SWT, Amin.
Makalah  ini tidak luput dari tantangan dan hambatan yang penulis temukan, namun berkat dorongan, bimbingan, dari semua pihak di atas penulis dapat menyelesaikan makalah ini. Namun demikian penulis menyadari dalam penyusunan makalah ini masih jauh dari kesempurnaan, oleh karena itu penulis mengharapkan saran-saran yang bersifat membangun demi perbaikan dan kesempurnaan.

Padang,  01  Juni 2011

Penulis












ii
 
 
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ........................................................................          i
DAFTAR ISI ........................................................................................          iii
BAB I PENDAHULUAN
1.1  Latar Belakang ...........................................................................          1
1.2  Rumusan Masalah ......................................................................          2
1.3  Tujuan Penulisan.........................................................................          2
1.4  Manfaat Penulisan ......................................................................          3
1.5  Ruang Lingkup ...........................................................................          3
BAB II METODE PENULISAN
1.1  Objek Penulisan...........................................................................          4
1.2  Dasar Pemilihan Objek................................................................          4
1.3  Metode Pengumpulan Data.........................................................          4
BAB III  PEMBAHASAN
Aliran Filsafat Esensialisme .............................................................          5
A.    Ontologi Esensialisme.................................................................          9      
B.     pistemologi Esensialisme.............................................................          12    
C.      Axiologi Esensialisme................................................................          19
D.    Pola dasar pendidikan esensialisme.............................................          25    
E.     Teori belajar Esensialisme............................................................          27
F.      Kurikulum Esensialisme..............................................................          32    
G.    Penilaian Kebudayaan atas Esensialsme.....................................          34    


iii
 
 
BAB IV PENUTUP
A.    Simpulan......................................................................................          38
B.     Saran ...........................................................................................          39
DAFTAR PUSTAKA




















iv
 
 



 
BAB I
PENDAHULUAN

Pada bagian ini dipaparkan hal-hal yang berhubungan dengan wawasan tentang penulisan makalah, yaitu : 1) Latar Belakang, 2) Rumusan Masalah, 3) Tujuan Penulisan,4) Manfaat Penulisan,dan 5) Ruang Lingkup. Paparan tersebut penulis sajikan secara terurut sebagai berikut :
1.1  Latar belakang
Filsafat adalah pandangan hidup seseorang atau sekelompok orang yang merupakan konsep dasar mengenai kehidupan yang dicita-citakan.berfilsafat merupakan kegiatan berpikir yang sungguh-sungguh dan mendalam. Filsafat banyak mempengaruhi sistem pilitik,sosial,ideologi,dan juga mempengaruhi sistem ilmu pengetahuan yang terdapat dalam filsafat itu sendiri.
Pengelompokkan filsafat pendidikan digolongkan dua kelompok besar,yaitu filsafat pendidikan “progresifisme” dan filsafat pendidikan “konservatif” yang pertama didukung pleh filsafat pragmatisme dari Jhon Dewey,dan romantic naturalisme dari Roousseau. Yang kedua didasari oleh filsafat idalisme,realisme humanisme (human rasional),dan supernaturalisme atau realisme religius.filsafat-filsafat tersebut melahirkan filsafat pendidikan esensialisme,prenialisme,dan sebagainya.
Esensialisme adalah pendidikan yang didasarkan kepada nilai-nilai kebudayaan yang telah ada sejak awal peradaban umat manusia. Esensialisme muncul pada zaman Renaissance  dengan ciri-ciri utama yang berbeda dengan progresivisme.perbedaan yang utama ialah dalam memberikan dasar berpijak pada pendidikan yang penuh fleksibilitas,terbuka untuk perubahan,toleran,dan tidakada keterkaitan dengan doktrin tertentu.
Dengan demikian Renaissance adalah pangkal sejarah timbulnya konsep-konsep pikir yang disebut esensialisme.esensialisme adalah konsep meletakkan sebagian ciri alam pikiran modern.esensialisme pertama-tama muncul dan merupakan reaksi terhadap simbolisme mutlak dan dogmatis abad pertengahan.maka disusunlah konsep yang menyeliruh mengenai manusia dan alam semesta yang memenuhi tuntutan zaman.

1.2  Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas,agar  dalam penulisan makalah ini mendapatkan hasil yang di inginkan,maka penulis mengemukakan beberapa rumusan masalah.rumusan masalah itu adalah :
1.      Apakah yang dimaksud aliran esensialisme ?
2.      Bagaimana pandangan-pandangan dalam esensialisme ?
3.      Bagaiman pola dasar pendidiksn esensialisme ?

1.3  Tujuan
            Tujuan  dari penyusunan makalah ini antara lain :
1.      Untuk memenuhi tugas mata kuliah Filsafat Pendidikan.
2.      Untuk menambah pengetahuan tentang aliran Filsafat Esensialisme.
3.      Untuk mengetahui berbagai pandangan dan teori-teori dalam Filsafat Esensialisme.
4.      Untuk mengetahui pola dasar pendidikan esensialisme.

1.4  Manfaat
            Manfaat yang dapat diperoleh dari makalah ini adalah :
1.      Mahasiswa dapat menambah pengetahuan tentang aliran Filsafat Esensialisme.
2.      Mahasiswa dapat mengetahui berbagai pandnagn dan teori-teori dalam Filsafat esensialisme.
3.      Mahasiswa dapat mengetahui pole dasar pendidikan esensialisme.

1.5  Ruang lingkup
Makalah ini membahas mengenai aliran Filsafat Esensialisme,berbagai pandangan dan teori-teori dalam Filsafat esensialisme serta pola dasar pendidikan esensialisme.



BAB II
METODE PENULISAN

2.1.Objek penulisan
Objek penulisan makalah ini adalah mengenai aliran Filsafat Esensialisme. Dalam makalah ini dibahas mengenai pandangan-pandangan danteori-teori aliran esensialisme, pola dasar pendidikan esensialisme,teori belajar esensialisme, kurikulum esensialisme,dan penilaian kebudayaan atas esensialisme.

2.2.Dasar pemilihan objek
Makalah ini membahas mengenai aliran filsafat esensialisme.aliran esensialisme merupakan aliran yang percaya bahwa pendidikan harus berdasarkan nilai-nilai kebudayaan yang telah diwariskan keoada kita hingga sekarang,telah terujioleh segala zaman,kondisi dan sejarah. Kebudayaan yang demikian ialah esensia yang mampu mengemban hari kini dan mas depan umat manusia. Maka dari itu kita perlu mengetahui bahwa segala perkembangan dalam dunia pendidikan harus tetap mengacu kepada nilai-nilai kebudayaan yang telah ada.

2.3.Metode pengumpulan data
Dalam pembuatan makalah ini,metode yang digunakan adalah kaji pustaka terhadap bahan-bahan kepustakaan yang sesuai  dengan materi yang di angkat dalam makalah ini. Sebagai  referensi juga diperoleh dari situs web internet yang membahas mengenai aliran Filsafat Esensialisme.
BAB III
PEMBAHASAN
ALIRAN FILSAFAT ESENSIALISME

Filsafat adalah pandangan hidup seseorang atau kelompok orang yang merupakan konsep dasar mengenai kehidupan yang dicita-citakan. Filsafat banyak mempengaruhi perkembangan budaya serta berbagai sistem ilmu pengetahuan yang ada dalam filsafat itu sendiri.
Pengelompokkan filsafat pendidikan digolongkan menjadi dua kelompok besar,yaitu filsafat pendidikan “progresif” dan filsafat pendidikan ‘konservatif”.yang pertama didukung oleh filsafat pragmatisme dari Jhon Dewey,dan romantic naturalisme dari Roousseau. Yang kedua didasari oleh filsafat idalisme,realisme humanisme (human rasional),dan supernaturalisme atau realisme religius. Filsafat-filsafat tersebut melahirkan filsafat pendidikan esensialisme,prenialisme,dan sebagainya.
Filsafat pendidikan modern pada garis besarnya dibagi kepada empat aliran yaitu aliran progresivisme, esensialisme, perenialisme dan rekonstruksianisme (Imam Barnadib, 1982, Mohammad Noor Syam, 1986). Namun pada tulisan ini hanya penggambaran singkat yakni penggambaran  hal-hal yang menjadi ciri utama masing-masing aliran filsafat pendidikan.
Secara etimologi esensialisme berasal dari bahasa Inggris yakni essential (inti atau pokok dari sesuatu), dan isme berarti aliran, mazhab atau paham. Menurut Brameld bahwa esensialisme ialah aliran yang lahir dari perkawinan dua aliran dalam filsafat yakni idealism dan realism. Aliran ini menginginkan munculnya kembali kejaaan yang pernah diraih, sebelum abad kegelapan atau disebut “the dark middle age” (zaman ini akal terbelenggu, stagnasi dalam ilmu pengeetahuan, kehidupan diwarnai oleh dogma-dogma gerejani. Zaman renaissance timbul ingin menggantikannya dengan kebebasan dalam berpikir.
Pada aliran esensialisme ini pendidikan di sebut sebagai pemelihara kebudayaan.Esensialisme dianggap para ahli sebagai “conservative road to culture” yakni ingin kembali kepada kebudayaan lama, warisan sejarah yang telah terbukti kebaikannya bagi kehidupan manusia, terutama zaman renaissance pada abad XI, XII, XIII dan XIV. Pada masa ini telah berkembang usaha-usaha menghidupkan kembali ilmu pengetahuan dan kesenian serta kebudayaan Purbakala, terutama di zaman Yunani dan Romawi Purbakala. Zaman renaissance ini sebagai reaksi terhadap tradisi, puncaknya tumbuh individualism dalam berpikir dan bertindak dalam semua cabang aktivitas manusia. Sumber utama dari kebudayaan itu adalah ajaran filsafat, ahli ilmu pengetahuan, yang ajaran dan nilai-nilai ilmu mereka bersifat kekal dan monumental.
Kesalahan dari kebudayaan modern sekarang menurut esensialisme ialah kecenderungannya,bahkan gejala-gejala penyimpangannya dari jalan lurus yang telah ditanamkan kebudayaan warisan itu. Dalam bidang pendidikan, “fleksibilitas”dalam segala bentuk dapat menjadi sumber timbulnya pandangan yang berubah-ubah, kurang stabil dan tidak menentu sehingga pendidikan itu kehilangan arah. Pendidikan haruslah bersendirikan atas nilai-nilai yang dapat mendatangkan kestabilan, sehingga untuk memenuhinya haruslah dipilih nilai-nilai yang mempunyai tata yang jelas dan yang telah teruji oleh waktu yakni nilai-nilai yang berasal dari kebudayaan dan filsafat yang korelatif selama empat abad belakangan ini, dengan perhitungan zaman renaissance sebagai pangkal timbulnya pandangan esensialisme. fenomena-fenomena sosial-kultural yang tidak kita ingini sekarang,hanya dapat diatasi dengan kembali secara sadar melalui pendidikan,ialah kembali kejalan yang telah di tetapkan.
Pemikir-pemikir besar yang telah dianggap sebagi peletak dasar asas-asas filsafat aliran ini,terutama yang hidup pada zaman klasik : Plato, Aristoteles, Democritus  sebagai bapak obkective-idealism adalah peletak teori-teori modern dalam esensialisme.
Yang dominan dalam filsafat esensialisme ini bukan hanya filsafat klasik saja tetapi lebih-lebih ajaran-ajaran filosof pada zaman reenaissance,merupakan sokoguru aliran ini.Brameld menulis ciri utama aliran ini yaitu :
“pandangan-pandangan filsafat yang kuno dan absolutisme pandangan abad-abad pertengahan tercermin dalam otoritasnya yang tidak dapat ditantang,otoritas gereja yang domatis,dimana pengikut esensialisme modern bertujuan mengusahakan suatu sistematika,konsepsi tentang manusia dan alam semesta yang secepat mungkin cocok bagi kebutuhan zaman dan lembaga-lembaga modern”.
Esensialisme merupakan paduan ide-ide filsafat Idealisme dan Realisme.dan praktek-praktek filsafat pendidikan esensialisme dengan demikian menjadi lebih kaya dibadingkan jika ia hanya mengambil posisi yang sepihak dari salah satu aliran yang ia sinthesakan itu.
Demikian pula pandangan esensialisme tentang ide-ide moral,aliran ini lebih bersifat netral.atau lebih tepat dikatakan aliran ini juga mensintesakan ide-ide abad pertengahan yang dogmatis-religious dengan ide-ide Renaissance.
Realisme, titik tinjauannya adalah mengenai alam dan dunia fisik, sedangkan idealism modern, pandangan-pandangannya bersifat spiritual. Brubacher memberikan ciri masing-masing:
  1. Realisme; alam adalah yang pertama-tama memiliki kenyataan pada diri sendiri, dan ini harus dijadikan pangkal berfilsafat. Kualitas-kualitas dari pengalaman terletak pada dunia fisik, dan disanalah terdapat sesuatu yang menghasilkan penginderaan dan persepsi-persepsi yang tidak semata-mata bersifat mental. Jadi jiwa dapat diumpamakan sebagai cerminan yang menerima gambaran-gambaran yang berasal dari dunia fisik. Ini berarti bahwa anggapan-anggapan mengenai adanya kenyataan itu tidak dapat hanya sebagai hasil tinjauan yang menyebelah saja, melainkan pertemuan antara keduanya.
  2. Idealisme modern; bahwa realita adalah sama dengan substansi gagasan (ide-ide). Di balik dunia fenomena ini ada jiwa yang tidak terbatas yaitu Tuhan yang merupakan pencipta adanya kosmos. Manusia sebagai makhluk berpikir berada dalam lingkungan kekuasaan Tuhan. Dengan menguji dan menyelidiki ide-ide serta gagasannya, manusia akan dapat mencapai kebenaran yang sumbernya adalah Tuhan.       

Menurut Brameld tidak mudah untuk mendefinisikan realisme secara jelas,sebab tidak seorang pun eksponen atau tokohnya cenderung untuk menekankan salah satu aspeksebagai prinsip utama.
Menurut Imam Barnadib bahwa ciri utama esensialisme adalah pendidikan haruslah bersendikan atas nilai-nilai yang dapat mendatangkan kestabilan. Agar dapat terpenuhi maksud tersebut nilai-nilai itu perlu dipilih yang mempunyai tata yang jelas dan yang telah teruji oleh waktu. Nilai-nilai yang dapat memenuhi hal tersebut adalah yang berasal dari kebudayaan dan filsafat yang korelatif selama empat abad belakangan ini; dengan perhitungan zaman Renaisans, sebagai pangkal timbulnya pandangan-pandangan esensialistis awal. Puncak refleksi dari gagasan ini adalah pada pertengahan kedua abad ke sembilan belas. Esensialisme merupakan suatu gerakan dalam pendidikan yang memprotes terhadap pendidikan progresivisme. Esensialisme tidak sependapat dengan pandangan progresivisme yang serba fleksibilitas dalam segala bentuk. Pendidikan yang bersendikan atas nilai-nilai yang bersifat demikian ini dapat menjadikan pendidikan itu sendiri kehilangan arah. Dalam pemikiran pendidikan esensialisme, pada umumnya didasari atas filsafat idealisme dan realisme. Sumbangan dari masing-masing ini bersifat eklektif.
A.    Ontologi Esensialisme    
1.      Sintesa ide Idealisme dan Realisme tentang hakekat realita berarti esensialisme mengakui adanya realita objektif di samping objek-objek pre-determinasi,supernatural dan transcendental.
2.      Aliran ini dipengaruhi penemuan-penamuan ilmu pengetahuan modern baik Fisika maupun Biologi.karena itu realita menurut analisa ilmiah dapat dihayati dan diterima oleh esensialisme.konsekuensi asa ini adalah baginya alam semesta merupakan satu kesatuan yang mekanis,menurut hukum alam objetif.manusia adalah bagian alam semesta dan terlibat,tunduk dalam hukum alam.
Demikian pula dengan teori evolusi tentang biologi,tetapi teori ini di anggap berlaku pula dalam astronomi,geologi,dan sosiologi. Berdasarkan teori Comte (Sosiologi) dan filsafat evolusi (Herbert Spencer)serta  juga kesimpilan antropologi-budaya(Leslie White) maka esensialisme menganggap realita manusia,alam semesta dan kebudayaan adalah realita yang integral semuanya berada dalam antar hubungan dan dalam proses evolusi,perubahan menuju kesempurnaan.
3.      Penapsiran spiritual atas sejarah.
Teori filsafat Hegel mensintesakan science dengan religi dalam kosmologi,berarti sebagai interpretasi spiritual atas sejarah perkembangan realita semata.hukum apakah yang mengatur tiap phase perubahan dan tiap peristiwa sejarah,perubahan-perubahan sosial.dijawab problem itu secara prinsip : “ bahwa sejarah itu adalah pikiran Tuhan,pikiran yang di ekspresikan,dinamika abadi yang merubah dunia,yang secara spiritual adalah realitas”
Walaupun Hegel hidup lebih dulu dari Darwin,namun hegel telah melihat adanya perjuangan eksistensi dari semua realita.Hegel menekankan adanya proses perubahan yang terus menerus terjadi dalam makna sejarah.teori ini pada hakikatnya sama dengan analisa ilmiah tentang evolusi segala sesuatu.
4.      Paham makrokosmos dan mikrokosmos.
Makrokosmos adalah keseluruhan semesta raya dalam suatu design dan kesatuan menurut teori kosmologi. Mikrokosmos ialah bagian tunggal (individu sendiri),suatu fakta yang terpisah dari keseluruhan itu,baik pada tingkat umum,pribadi manusia,ataupun lembaga. Tetapi sesungguhnya mikrokosmos ini sesungguhnya pola design dan totalitasnya sama dengan makrokosmos,hanya berbeda dalam skala ukurannya.misalnya sistem matahari yang amat besar,pada hakikatnya sama dengan sistem atom yang amat kecil.
Realita demukian dapat digunakan Idealisme untuk menjelaskan afinitas (hubungan) Tuhan dengan manusia.eksistensi manusia tidak terlepas daripada eksistensi semesta raya ternasuk pula seksistensi manusia.Tuhan mengatur semesta ini “dari atas”. Hukum universal yang mengatur keseluruhan makrokosmos ialah universal mind (pikiran Tuhan) yang meliputi aturan benda-benda,tenaga,ruang dan waktu,bahkan juga pikran manusia.
Perwujudan proses yag sitematis juga dapat kita temui pada makrokosmos ini,yakni memusaykan perhatian kepada “self” and “person”.inilah filsafat religious modern yang amat berpengaruh yang dikenal sebagai personalisme.tujuan ajaran filsafat ini adalah untuk membuka rahasia keunikan spiritual-kepribadian yang lebih daripada sebagai fenomena alam melainkan  sebagai subjek yang mampu mengadakan analisis ilmiah.realita demikian menjadi bagia daripada keseluruhan alam dan community of selves.ini adalah relita spiritual yang mengambil bagian dari universal self.
Realita kosmos adalah realita antara (intermediete), antara Tuhan dengan manusia.manusia berpikir sebagai manifestasi pikiran Tuhan.tetapi kesadaran manusia tentang segala sesuatu tidak bersumber atas subjectiv-idealism dimana sumber realita adalah pribadinya.melainkan melalui kesadaran dan kontak dengan Tuhan  secara rohaniah,manusia mengerti Tuhan,alam semesta ,sebab Tuhan adalah sumber realita,sumber kesadaran umat manusia,bahkan sebagai universal-self. Dan universal-mind.
Jadi, dapat disimpulkan bahwa ontologi filsafat pendidikan idealisme menyatakan bahwa kenyataan dan kebenaran itu pada hakikatnya adalah ide-ide atau hal-hal yang berkualitas spiritual. Oleh karena itu, hal pertama yang perlu ditinjau pada peserta didik adalah pemahaman sebagai makhluk spiritual dan mempunyai kehidupan yang bersifat teleologis dan idealistik. Pendidikan bertujuan untuk membimbing peserta didik menjadi makhluk yang berkepribadian, bermoral, serta mencita-citakan segala hal yang serba baik dan bertaraf tinggi.

B.     Epistemologi Esensialisme
Teori kepribadian manusia sebagai refleksi Tuhan adalah jalan untuk mengerti epistemologi esensilisme.sebab,jika manusia mampu menyadari realita dirinya sebagai mikrokosmos dalam makrokosmos,maka manusia pasti mengetahui dalam tingkat/kualitas apa rasionya mampu memikirkan kesemestaan itu.
1.      Kontroversi jasmaniah-rohaniah
Perbedaan idealisme dengan realisme adalah karena yang pertama menganggapbahwa rohani adalah kunci kesadaran tentang realita.manusia mengetahui sesuatu hanya di dalam dan melalui ide,rohaniah.sebaliknya realist berpendapat ahwa kita hanya megetahui sesuatu realita  di dalam dan melalui jasmani.
2.      Approach Idealisme pada pengetahuan
a.       Kita hanya mengerti our own spiritual selves (rohaniah kita sendiri).tetapi pengertian ini memberi kesadaran untuk mengerti realita yang lain.sebab kesadaran kita,rasio manusia adalah bagiandaripada rasio Tuhan yang maha sempurna,ini menurut personalisme.
b.      Menurut T.H.green,approach personalisme itu hanya melaluia introspeksi.padahal manusia tak mungkin mengetahui sesuatu hanya dengan kesadaran jiwa tanpa adanya pengamatan.karena itu setiap pengalaman mental pastilah melalui relasi antara macam-macam pengamatan.ini berarti pikiran itu menjadi pula suatu substansi,tidakj dalam makna substansi material,melainkan sebagai prinsip ekstra-natural.
c.       Bagi Hegel,substansi mental itu tercermin pada hukum-hukum logika dan hukum alam.hukum dialegtika berpikir,berlaku pula hukum perkembangan sejarah dan kebudayaan manusia.
d.      Dalam filsafat religious yang modern,ada teori yang menyatakan bahwa,apa yang saya mengerti tentang sesuatu adalah karena resonansi pengertian Tuhan.saya sebagai fitnite being (makhluk terbatas) mengetahui hukum dan kebenaran universal sebagai realisasi resonansi jiwa dengan jiwa Tuhan (God’s infinite mind).dan jika saya tidak mengetahui sesuatu,itu hanya karena resonansi dengan Tuhan terganggu,ternhalang oleh keraguan pribadi atas eksistensi Tuhan.
3.      Approach Realisme pada pengetahuan
Realisme dalam teori psikologi dan epistemologinya dipengaruhi oleh Newton dengan ilmu pengetahuan alamnya.realisme menafsirkan manusia dalam rangka hukum alam,demikian pula aktivitas pikir manusia dianggapsebagai suatu mekanika.cara menafsirkan manusia dalam Realisme di bedakan menjadi :
a.       Menurut teori Associatinisme
Teori ilmu jiwa asosiasi sesungguhnya dipengaruhi oleh filsafat empirisme John Locke.pikiran ide-ide atau isi jiwa adalah asosiasi unsur-unsur penginderaan dan pengamatan.
b.      Menurut teori Behaviorism
Realisme kedua dalam penyelidikan ilmu-ilmu jiwa dalah behaviorism.aliran ini berkesimpulan bahwa perwujudan kehidupan mental tercermin pada tingkah laku.sebab,manusia sebagaisatu organisme adalah totalitas mekanisme yang ditentukan aspek-aspek :susunan sistem syaraf,faal,pengalaman-pengalaman biologis.bagi behaviorism,istilah-istilah jiwa dan kesadaran dianggap istilah usang yang membingungkan,dan itu hanyalah pendekatan yang pra-ilmiah.
Badan adalah fakta yang fundamental.bahkan berpikir dianggap sebagai prosesneuromuscular (syaraf-otot) yang kompleks.kepribadian pun sesungguhnya hanyalah istilah yang diberikan kepada pola-pola reaksi yang telah terkondisi dari seseorang.behaviorism menyimpulkan bahwa manusia adalah ditentukan semata-mata oleh hukum alam,dan tidak seperti idealisme yang menyatakan bahwa manusia seluruhnya  di tentukan oleh hukum-hukum rohaniah.
c.       Menurut teori Connectionisme
Teori ini mentyatakan semua makhluk,termasuk manusia terbentuk (tingkah-lakunya) oleh pola-pola connections between (hubungan-hubungan antara) stimulus (S) dan response (R).hukum utama yang menentukan proses ini ialah “the law of exercise” dan “the law of effect”.hukum latiahn berarti bahwa frekuensi dan recency latihan akan memperkuat hubungan-hubungan stimulus response itu.
Hukum efek adalah bahwa individu cenderung untuk mengulangi response yang menyenangkan,dan mengurangi response yang berakibat tidak menyenangkan.proses ini dapat diulang dan diukur secara kuantitatif dalam eksperimen-eksperimen.conectionisme merevisi dasar-dasar yang kuno dalam Behaviorisme denagn teori-teorinya.yaitu:
·         Connectionisme menekankan aspek hereditas dalam tingkah laku lebih daripada aspek lingkungan,terutama kemampuan intelegensi.
·         Connectionisme menganggap urgen perasaan senang dan rasa sakit,yang menentukan response seseorang atas suatu rangsang.
·         Connectionisme masih menghargai istilah thinking, consciousness, mind sebagai suatu realita dalam tingkah laku manusia.
4.      Tipe Epistemologi Realisme
Dalam aliran realisme mereka belum puas denga suatu thesis tertentu.mereka bebeda-bedadalam pandangan epistemologi mereka.di Amerika ada dua type utama:
a.       Neorealisme
Neorealisme secara psikologis lebih erat dengan behaviorisme.baginya pengetahuan diterima,ditangkap langsung oleh pikiran dari dunia realita.itu sebabnya neorealisme menafsirkan badan sebagi response khusus atas rangsang yang berasal dari luar dengansedikit atau tanpa ada prospek intelek.
b.      Critical realisme
Aliran ini lebih dekat dengan Locke dan Associationisme,yang menyatakan bahwa media antara intelek dengan realita adalah seberkas penginderaan dan pengamatan.pengetahuan disuguhkan kepada intelek (sadar-tahu) mlalui proses pengamatan itu.
5.      Kesimpulan dari teori korespondensi
Teori ilmu pengetahuan korespondensi,di dalam esensialisme mendapatkan tiga interprestasi :
a.       Bahwa teori korespondensi bagi realisme dalam lapangan psikologi dan filsafat cenderung menerimaide bahwa dunia sesungguhnya adalah mekanis dalam dalam man manusia hiduo dan berfungsi.dunia secar primer ditentukan oleh hukum kausalitas (sebab-akibat) baik phisis maupun chemis.
b.      Bahwa asumsi dasar teori korespondensi tentang “stamping in” (bekas,kesan) dalam proses stimulus-response yang terutama dianut oleh connectionisme,di anggap jalan bagi pengetahuan yang reliable.karena itu stimulus yang berasal dari realita lingkungan hidup manusia alamiah dan kebudayaan masyarakat adalah sumber proses mendapatkan pengetahuan dan kebenaran.
c.       Bahwa teori korespondensi  tentang pengetahuan dapat disamakan dengan teori pengetahuan aliran realisme.sebab bagi kedua aliran ini,semesta raya dengan hulum universalnya adalah sumber dan ukuran (kriteria) bagi segala yang kita ketahui.
Keduanya sama benar dalam asas,dimana idealisme mengakui adanya relasi antara  the finite self (manusia) dengan the infite self (Tuhan).dan realisme berpendapat bahwa pikiran (mind) tergabtung atas “nature” atau “matter” (alam,zat,materi).idealisme dan Realisme  berpendapat pula bahwa ada pre-existence dan bahwa kosmos adalah sumber kebenaran,dimana pikiran manusia selalu berhubungan dengan kosmos itu.
Aspek epistemologi yang perlu diperhatikan halam pendidikan adalah pengetahuan hendaknya bersifat ideal dan spiritual, yang dapat menuntun kehidupan manusia pada kehidupan yang lebih mulia. Pengetahuan semacam itu tidak semata-mata terikat kepada hal-hal yang bersifat fisik, tetapi mengutamakan yang bersifat spiritual. Sedangkan aspek aksiologi menempatkan nilai pada dataran yang bersifat tetap dan idealistik. Artinya, pendidik hendaknya tidak menjadikan peserta didik terombang-ambing oleh hal-hal yang bersifat relative atau temporer (Imam Barnadib, 2002). Ontologi dari filsafat pendidikan realisme bahwa pendidikan itu seyogyanya mengutamakan perhatian pada peserta didik seperti apa adanya, artinya utuh tanpa reduksi.
Dalam bidang epistemologi, bahwa pengetahuan adalah hasil yang dicapai oleh proses mana subjek dan objek mengadakan pendekatan. Dengan demikian hasilnya adalah perpaduan antara pengamatan, pemikiran, dan keseimpulan dari kemampuan manusia dalam menyerap objeknya. Oleh karena itu, epistemologi dalam filsafat pendidikan realisme adalah proses dan produk dari seberapa jauh pendidik dapat mempelajari secara ilmiah emperis mengenai peserta didiknya. Hasil-hasilnya akan digunakan sebagai dasar untuk menyelenggarakan pendidikan.


C.    Aksiologi Esensialisme
Dalam bidang aksiologi,faktor peserta didik perlu dipandang sebagai agen yang ikut menentukan hakikat nilai (Imam Barnadib, 2002).
Esensialisme didasari atas pandangan humanisme yang merupakan reaksi terhadap hidup yang mengarah pada keduniaan, serba ilmiah dan materialistis. Selain itu juga diwarnai oleh pandangan-pandangan dari paham penganut aliran idealisme dan realisme. Tujuan umum aliran esensialisme adalah membentuk pribadi bahagia di dunia dan akhirat .
Johann Amos Comenius (1592-1670) sebagai salah satu tokoh esensialisme mengatakan bahwa karena dunia ini dinamis dan bertujuan, kewajiban pendidikan adalah membentuk anak sesuai dengan kehendak Tuhan. Tugas utama pendidikan ialah membina kesadaran manusia akan semesta dan dunia, untuk mencari kesadaran spiritual, menuju Tuhan (Imam Barnadib, 2002; Mohammad Noor Syam, 1986).
Teori nilai menurut Idealisme bahwa hukum-hukum etika adalah hukum kosmos, karena itu seseorang dikatakan baik hanya bila ia secara aktif berada di dalam dan melaksanakan hukum-hukum itu. Dengan demikian posisi seseorang jelas dapat dimengerti dalam hubungannya dengan nilai-nilai itu. Dalam filsafat, misalnya agama dianggap mengajarkan doktrin yang sama, bahwa perintah-perintah Tuhan mampu memecahkan persoalan-persoalan moral bagi siapapun yang mau menerima dan mengamalkannya. Meskipun Idealisme menjunjung asas otoriter atas nilai-nilai itu, namun ia tetap mengakui bahwa pribadi secara aktif bersifat menentukan nilai-nilai itu atas dirinya sendiri yaitu memilih dan melaksanakan.
2.      Teori nilai menurut idealisme
Penganut idealisme berpegang bahwa hukum-hukum etika adalah hukum kosmos,karena itu seseorang dikatakan baik hanya jika ia secara aktif berada didalam dan melaksanakan hukum-hukum itu.dengan demikian posisi seseorang jelas dapat dimengerti dalm hubungannya dengan nilai-nilai itu.
Meskipun idealisme menjunjung asas otoriter atas nilai-nilai itu,namun ia juga tetap mengakui bahwa pribadi secara aktif bersifat menentukan nilai-nilai itu atas dirinya sendiri.
a.       Teori nilai idealisme modern
Denganperwujudan watak idealisme modern ini tersimpul pula perbedaan antara filsafat modern dengan filsafat abad pertengahan.watak dunia modern mengutamakan dunia sekarang.tetapi watak ini menjadi kecenderungan idealisme dan realisme.bahkan  idealisme-objektif, pengikut-pengikut Hegel,sudah tidak mengingkari realita adanya evil (kejahatan) disamping good (kebaikan).mereka telah mengetahui bahwa kejahatan adalah pengalaman yang nyata dalam kehidupan manusia. Tetapi karena idealisme objektif ini mengakui sifat inherent kosmos itu adalah baik,maka meraka membuktikan bahwa kejahatan itu adalah subordinat dari kebaikan.dan kewajiban manusia adalah untuk menentang dan meniadakan kejahatan itu dalam pribadinya.
Tokoh idealisme modern,Immanuel Kant,meletakkan teori nilai yang baru sebagai ganti atas kepercayaan tradisional. Kant mencariasa-dasar tindak moral atas hukum moral yang tidak diragukan lagi,inilah yang ia namakan sebagai “categorical-imoerativ ( kategori-imperatif), rasa kewajiban atas tugas tanpa syarat dan prediket ,apakah itu disebut taat atau loyal. Hukum moral dimaksud menyatakan bahwa tiap manusia harus selalu melakukan sesuatu yang oleh semua manusia tindakan itu wajib dilakukandi mana dan pada waktu apa pun.misalnya kewajiban manusia untuk tetap honest (tulus) sebab itu adalah kebaikan universal.
Kant adalah tokoh utama untuk ide ini.asas moral yang supernatural,berasal dari Tuhan ialah asas persamaan dan jaminan bahwa siapapun yang berbuat kebajikan  akan mendapat pahala.
Orang yang melakuakn sesuatu karena paksaan tanpa kebebasan tak mungkin bertanggung jawab atas tindakannya.orang dipaksa melakukan kebaikan tanpa kesadaran dan kemauam sendiri walaupun hasilnya tetap baik,orang tersebut tidak dapat dikatakan telah melakukan kebaikan.ia telah melakukan paksaan. Karena itu asas kemerdekaan individu menjadi asas tindakan moral.


b.      Teori sosial idealisme
Pendekatan Idealisme pada teoti etika paralel dengan pendekatannya pada ide dan cita-cita tentang sosial politik.Hegel menemukan  kualitas-spiritual yang berkembang dalam lembaga-lembaga sosial dari kehidupan keluarga sampai kehidupan nasional.kualitas spiritual yang dimaksud adalah kesadaran cinta bangsa dan cinta tanah air. Hegel berkesimpulan bahwa negara adalah manifestasi daru Tuhan,karena itu wajib bagi warga negara untuk setia dan mnejunjung negara.
Teori ini di anggap sebagai sumber pemujaan yang berlebih-lebihan kepada negara.
c.       Teori estetika idealisme
Kant mengajarkan : bahwa manusia menikmati kesenangan yang tulus ikhlas dalam objek keindahan,dan melupakan keterbatasan pengamatannya.dan dengan itu manusia sesaat berada dalam kesatuan abadi,karena keindahan itu bersumber dari Tuhan yang maha indah
Hegel menyatakan,bahwa karya seni adalah ekspresi kehidupan spiritual manusia.manusia menangkap sifat universal relita melalui perasaan dan panca indera.
Idealisme juga mengakui bahwa keindahan suatu objek terjelma dari keadaan yang tidak indah,dari kegiatan pengalaman sehari-hari sebagai jodoh dari pola-pola harmonis alamiah.eksistensi indah karena eksistensi jelek.dan keindahan sesuatu hanya dapat dimengerti oleh imaginasi spiritual yang mampu membuka semangat universal dan kesempurnaan dalam tiap realita.
3.      Teori nilai menurut Realisme
Prinsip sederhana Realisme tentang etika ialah melalui asas ontologi bahwa sumber semua pengalaman manusia terletak pada keteraturan lingkungan hidupnya. Karena itu approach yang paling tetap pada nilai-nilai ialah sebagai mana approach pada pengetahuan, yakni dengan pemahaman obyektif atas peristiwa-peristiwa dalam kehidupan. Fakta, peristiwa itulah yang menimbulkan pertimbangan proporsional dalam ekspresi keinginan, rasa kagum, tidak suka dan penolakan. Kecenderungan approach obyektif ini yang melahirkan penyelidikan ilmiah, khususnya dalam ilmu pengetahuan sosial (Mohammad Noor Syam, 1986).
a.       Etika determinisme
Teori Realisme yang paling berpengaruh adalah etika determinisme,karena semua unsur semesta,termasuk manusia,adalah dalam satu mata rantai yang tak berakhir dan dalam kesatuan hukum kausalitas.seseorang tetgantung seluruhnya dalam ikatan sebab-akibat kodrati itu dan itulah yang menentukan keadaannya sekarang,baik ataupun buruk.inilah sebabnya esensialisme mengakui asas baik hereditas maupun lingkungan,faktor internal dan faktor eksternal. Yang pertama mengakui bahwa tingkah laku manusia adalah produk potensi-potensi biopsychological (rohani-jasmani).sedangkan yang kedua berpendapat bahwa tingkah laku manusia terbentuk karena lingkungan,pengalaman.implikasi etika determinisme ini adalah bahwa tokoh esensialisme  berbeda-beda menafsirkan prinsip-prinsip etika.
Perry,tokoh realisme menganggap nilai sebagai objek interset individu,suatu teori nilai yang amat mempengaruhi progresivisme .dengan demikian, suatu itu baik,tingkah laku baik,sesuai dengan minat individu .
b.      Teori sosial realisme
Teori sosial realisme ini mengapproach nilai-nilai ekonomi dan politik serta praktek-prakteknya berdasarkan cara-cara ilmiah,yaitu dengan “netralitas” Bertrand mengapproach dengan asas “fre man “ (manusia merdeka).
Pelaksanaan pandangan ini ialah bahwa ekonomi memerlikan hukum-hukum bagi proses pemasaran perdagangan;sosial memerlukan struktur organisasi lembaga-lembaga sosial.dan politik memerlukan ilmu politik,pengetahuan-pengetahuan tentang kelompok-kelompok sosial dan kekuatan-kekuatan masa,partai.
Inilah teori yang berhibungan dengan teori Adam Smith (capitalism) dan Niccolo Machiavelli (prinsip objektif politik).
c.       Teori estetika Realisme
Teori realisme tentang estetika terpusat pada mengekspresikan kehidupan sebagimana adanya,yakni dalam realita suka dan duka,proses harmoni dan disharmoni.
Dalam wujudnya yang belum matang teori ini percaya “that art of imitation of nature”,”seni adalah imitasi dari alam”.beberapa realis menafsirkan imitasi itu hanya sebagai ekspresi dengan melalui media seni tertentu.
Realisme tidak mengutamakan seni atas keindahan seperti asas estetika idealisme.melainkan realisme mengakui bahwa  seni meliputi kedua jenis realita,yakni keindahan dan kejelekan.pada prinsipnya tujuan seni dalah membuka tabir kehidupan untuk lebih dimengerti,dihayati baik segi positif maupun negatif.

D.    Pola dasar pendidikan esensialisme
1.      Uraian ini memberikan penjelasan tentang pola dasar  pendidikan aliran esensialisme. Analisa dan penafsiran berikut dimaksudkanuntuk menghindari salah pengertian.
v  Bahwa tidak semua pendidikan esensialisme selalu langsung berasal dari filsafat esensialisme. Meskipun secara umum prinsip-prinsip utama filsafatnya konsisten dengan teori pendidikannya namun esensialis percaya bahwa dalam pelaksanaan pendidikan diperlukan modifikasi,pelengkap,bahkan penyimpangan dari ajaran-ajaran filosof tokoh dasar bagi teori yang murni,tetapi praktek memerlukan adaptasi dengan kondisi tertentu. Tidak semua idealis dan realis dapat di golongkan menajdi kaum esensialis dalam prinsip-prinsip pendidikannya.
v  Bahwa dengan demikian,asas filosofis esensialisme yang lengkap,tidak harus selalu diikuti dengan pola-pola asasi atau pola-pola dasar pendidikannya yang terperinci.
v  Pola asasi pendidikan esensialisme hanyalah berhubungan dengan teori dasar pendidikan .sebab,soal-soal praktek pendidikannya adalah masalah praktis yang disesuaikan dengan kondisi yang insidental.
2.      Erasmus,Comenius, dan Locke
v  Erasmus hidup pada tahun 1466-1536,berada dalam zaman kontradisi alam pikiran,yakni alam pikiran abad pertengahan yang dogmatis dengan alam pikiran humanisme,cita-cita kebebasan dan harga diri manusia.
Erasmus mengabdikan diri dalam cita-cita pendidikan dengan kurikulim yang menjembatani kedua alam pikiran itu.ia merintis pendidikan dengan mengawinkan sistem belajar klasik dengan pandangan internasional (zaman itu mulai tumbuh nasionalisme).ia pelopor pendidikan guru dan sekolah umum bagi dua golongan kelas sosial,yakni bagi midle-class dan kaum aristokrat.
v  Comenius (1592-1670)
Beliau adalah pendidik pertama renaissance yang memberi asas baru dalam pendidikan sebagai realist modern,ia mengajarkan bahwa proses belajar harus melalui pengamatan.
Comenius percaya bahwa dunia ini bersifat dinamis dan memiliki tujuan. Tugas utama pendidikan ialah membina kesadaran manusia akan semesta dan dunianya,untuk mencari kesadaran spiritual,menuju Tuhan.
v  Jhon Locke (1632-1704)
Locke adalah ahli pengetahuan sekaligusfilosof yang amatberpengaruh terhadap pendidikan,sebagai tokoh realisme utama. Ia mencita-citakan teori sosial baru dalam tata politik,peletek dasar trias politika,untuk melawan otoritas monarkhi yang absolute. Ia juga peletak asas pendidikan modern yang mengutamakan faktor lingkungan  dalam rangka menyesuaikan manusia kepada alam semesta yang natural dan superntural. Karena itu sistem sekolah harus mengutamakan realita dunia tempat hidup,situasi praktis. Ia peletak ide sekolah kerja,yakni mendidik manusia yang mampu hidup dalam masyarakat.

E.     Teori belajar Esensialisme
1.      Teori belajar menurut esensialisme.
Teori korespondensi sebagai dasar.Yakni kebenaran adalah persesuaian antara pernyataan dan fakta. Meskipun proses belajar dianggap bidang psikologi, tetap oleh aliran ini belajar juga dianggap sebagai masalah ontologi, epistemologi dan axiologi. Pendirian demikian berdasarkan prinsip bahwa perlu verifikasi kodrat realita yang kita pelajari (ontologi). Juga diperlukan reliabilitas pengetahuan yang dipelajari (epistemologi) dan demikian pula nilai dari realitas dan pengetahuan itu (axiologi). Pada prinsipnya proses belajar adalah melatih daya jiwa yang potensial sudah ada. Proses belajar sebagai proses menyerap apa yang berasal dari luar. Yaitu dari warisan-warisan sosial yang disusun di dalam kurkulum tradisional, dan guru berfungsi sebagai perantara.
Penganut idealisme dan realisme mamang  berbeda dalam hal interpretasi mereka tentang kodrat suatu objek. Idealist percaya bahwa watak suatu objek adalah spiritual, nin material atau ideal. Sebaliknya realist percaya bahwa kodrat suatu objek adalah fisik,material, dan mekanis.
Dari segi pendidikan,maka approach demikian memberi pandangan bahwa belajar adalah proses korespondensi. Murid menduduki posisi sebagai penerima alam semesta ini. Proses belajar adalah tentang bagaimana subyek mengerti tentang realita itu. Dalam hal ini idealisme dan realisme  mengakui proses itu melalui korespondensi. Artinya teori korespondensi menentukan konstruksi dan aplikasi apa yang subyek fahami tentang sesuatu objek.
Prinsip-prisinsip pendidikan esensialisme yaitu:
a.       pendidikan harus dilakukan melalui usaha keras, tidak begitu saja timbul dari dalam diri siswa,
b.      inisiatif dalam pendidikan ditekankan pada guru, bukan pada peserta didik. Peranan guru adalah menjembatani antara dunia orang dewasa dengan dunia anak. Guru disiapkan secara khusus untuk melaksanakan tugas di atas, sehingga guru lebih berhak untuk membimbing pertumbuhan peserta didiknya. Esensialisme, menurut Imam Barnadib, bahwa guru sebagai penentu bagi pendidikan. Kedudukan guru atau pendidik demikian penting karena mereka mengenal dengan baik tentang tujuan pendidikan serta pengetahuan atau materi-materi lain (Imam Barnadib, 1988).
c.       Inti proses pendidikan adalah asimilasi dari mata pelajaran yang telah ditentukan. Kurikulum diorganisasi dan direncanakan dengan pasti oleh orang dewasa. Pandangan ini sesuai dengan filsafat realisme bahwa secara luas lingkungan material dan sosial, adalah manusia yang menentukan bagaimana seharusnya ia hidup.
d.      Sekolah harus mempertahankan motede-metode tradisional yang bertautan dengan disiplin mental.
e.       Tujuan akhir pendidikan adalah untuk meningkatkan kesejahteraan umum.
f.        Menghendaki pendidikan yang bersendikan atas nilai-nilai yang tinggi, yang hakiki kedudukannya dalam kebudayaan. Nilai-nilai ini hendaklah yang sampai kepada manusia melalui sivilisasi dan telah teruji oleh waktu. Tugas pendidikan adalah sebagai perantara atau pembawa nilai-nilai yang ada di dalam gudang di luar ke jiwa peserta didik. Ini berarti bahwa peserta didik itu perlu dilatih agar mempunyai kemampuan penyerapan yang tinggi (Imam Barnadib, 2002).
2.      Teori belajar menurut idealisme
a.       Mikrokosmos sebagai subjek
Idealisme sebagai filsafat hidup cenderung mulai dangan manusia  sebagai pribadi,sebagi subjek. Subjek ini bergerak dengan understanding kepada diri sendiri menuju understanding dunia objek. Dengan stilah ontologi, dikatakan bahwa mikrokosmos asas mengerti makrokosmos. Sebagai pribadi manusia mengerti proses pikirannya sendiri adalah pangkal untuk mengerti pribadi-pribadi lain dan semesta.
Di atas pandangan subjektif dan individual,maka belajar menurut idealisme adalah “ self development of mind as spiritual substance.”
Dengan arti demikian,maka jiwa bersifat kreatif. Dan pendidikan merupakan proses melatih daya-daya jiwa seperti pikiran,ingatan,perasaan,baik sebagai warisan sosial,maupun sebagai makrokosmos.
b.      Makrokosmos sebagai dasar
Tetapi harus didasari bahwa idealisme,dalam pandangan prospek kebudayaan mdern,tidak dapat di artikan secara ekslusif dalam makna subjektif atau individualitas. Sebab dalam kenyataan idealisme,dengan nilai-nilai persamaan, kemerdekaan dalam ide demokrasi, maka individu memerlukan dasar dalam mana kehidupan sejahtera dan harmonis diwujudkan. Harmoni dan tertib itu tidak harus ada di dalam masyarakat,melainkan juga di dalam alam. Dengan demikian individu itu adalah bagian dari harmoni semesta.
Teori belajar idealisme, yang dimulai dengan pribadi sebagai subjek yang kreatif, adalah untuk mengerti Tuhan. Idealisme percaya bahwa individu selalu mengerti dirinya lebih dulu untuk dapat mengerti antar hubungannya dengan sesuatu dalam makrokosmos. Tetapi belajar tidaklah berakhir untuk mengenal diri sendiri.
3.      Teori belajar menurut realisme
a.       Pengaruh Thorndike
Dengan menolak teoti belajar idealisme,realisme menerima dengan penuh perhatian teori-teori modern dari ilmu jiwa pendidikan. Tokoh realisme dalam psikologi pedidikan adalah Edward L.Thorndike yang merupakan pelopor teori connectionisme.
b.      Proses belajar menurut realisme
Meskipun tidak semua realist penganut connectionisme, hampir semua percaya bahwa proses belajar adalah hubungan antara pribadi dengan lingkingan.
Prinsip belajar dalam realisme :
v Bagley : bahwa proses belajar meliputi proses pengenalan kepada warisan-warisan manusia lampau sebagai dasar interpretasi bagi realita yang ada sekarang, pengertian dengan dasar tentang nilai-nilai moral dan otoritas kenyataan-kenyataan yang objektif.
v Finney : bahwa sesungguhnya manusia itu terutama “the social nature of mental life” dari kepribadiannya yang menentukan hubungannya dengan sosio-kulturalnya. Ini berarti manusia melalui pendidikan akan menerima warisan kebudayaan itu.

F.     Kurikulum Esensialisme
Belajar adalah proses aktif pribadi untuk mengerti dan menguasai “sesuatu.” Materi atau isi yang di pelajari itu ialah apa yang tersimpul dalam istilah kurikulum. Oleh karena sesuatu itu tak terbatas di dalam kehidupan manusia,demikian pula potensi penguasaan manusia,maka perlu ada pedoman untuk melaksanakan pendidikan supaya tujuan pendidikan tercapai.
Kurikulum yang minimal sebagai tak dapat di kurangi itu di dasarkan pada dasar kepercayaan esensialisme. Yaitu,bahwa dalam realita semesta ini segala sesuatu itu ada dalam hubungan dengan hukuk-hukum objektif yang mutlak, sebagai pre-existence,sebagai eksistensi sebagai fakta-fakta. Dan tiap individu harus mengerti hukum-hukum itu demi adaptasi terhadap realita dan tuntutan semesta itu,khususnya pada kebudayaan di mana ia hidup.
Fungsi guru adalah sebagai perantara antara bahan yang telah di tentukan berdasarkan standard itu dengan murid sebagai penerima.
1.      Kurukulum idealisme
a.       Ulich menekankan kurikulam termasuk bahasa asing dalam rangka antara hubungan internasional yang lebih erat dan luas dalam masa depan. Juga pengertian-pengertian religius dalam rangka pemahaman semesta raya. Ulich masih mengakui prinsip-prinsip tradisional baik dalam subjek-matter-curriculum amupun metodenya.
b.      Horne menganggap bahwa kurikulum pada dasarnya harus sesuai dengan kebutuhan dan kemampuan anak. Yang utama adalah “esensial studies” yang meliputi metode ilmiah,dunia organis dan an-organis,human environment,apresiasi terhadap seni.
c.       Demiaskevich berpendapat bahwa fungsi sekolah terutama sebagai pusat ‘intellectual training” dan “character building” secara formal disiplin.
2.      Kurikulum realisme
a.       Bagley mengnggap bahwa kurikulum terdiri atas serangkaian bahan yang mulai dari sederhana sampai ke yang kompleks.
b.      Thorndike dan Bobbitt menekankan kurikulum bagi persiapan tugas anak di dalam kehidupannya. Terutama Bobbit menekankan urgensi analisa atas aktivitas dan tujuan orang dewasa dalam apa yang di sebut “job analysis.” Berdasarkan analisa itu dapat di tetapkan secara tepat isi kurikulum yang di kehendaki. Sebab tujuan dari orang dewasa telah di tetapkan oleh tujuan-tujuan kebudayaan yang berlaku dalam masyarakat.
c.       Morrison,tokoh realisme mengapproach pembinaan kurikulum dengan prinsip-prinsip-prinsip hukum alam.  Morrison percaya bahwa tujuan tertinggio pendidikan adalah “penyesuaian” menurut interpretasi realisme berdasarkan prinsip aliran ini,yakni sesuai sebagai penyesuaian kepada hukum alamiah-penyesuaian pada proses evolusi dan kepada realita dan kondisi-kondisi kebudayaan yang berlaku.
3.      Peranan sekolah menurut esensialisme
Semua penganut esensialisme di Amerika tanpa kecuali percaya dan menganut nilai-nilai demokrasi. Sekolah terutama berfungsi mendidik warga negara supaya hidup sesuai dengan prinsip-prinsip dan lembaga-lembaga sosial yang ada di dalam masyarakatnya. Pendapat Kandel tokoh realisme adalah representative untuk ide tentang fungsi sekolah dalam masyarakat menurut esesnsialisme.

G.    Penilaian Kebudayaan atas Esensialsme
Karena prinsip utama dan watak esensialisme ialah semangat ingin kembali kepada warisan kebudayaan masa silam yang agung dan ideal,maka pendidikan baginya ialah sebagai pemelihara kebudayaan yang ada. Ide ini lahir sebagai reaksi atas kenyataan,atas diagnose,bahwa kebudayaan modern gagal mencapai prospek ideal. Oleh sebab itu mission utama esensialisme ialah mengabdikan diri guna mengabdikan kebudayaan modern sekarang kepada prestige dan kewibawaan seperti yang di miliki kebudayaan warisan masa lampau. Ini tidak berarti bahwa esensialisme mengabdikan kenyataan adanya perubahan sosial.
Peranan dan sekaligus nilai positif dari aliran esensialisme terutama tersimpul dalam :
1.      Kedudukan idealisme modern dan realisme modern sebagai sokoguru kebudayaan modern.
Kedua ajaran filsafat tersebut adalah fundamental bagi tegaknya kebudayaan modern yang ideal. Krisis kebudayaan modern justru karena penyimpangannya dari prinsip-prinsip yang telah terbina oleh kedua ajaran filsafat itu.
Filsafat dalam hubungannya dengan kebudayaan ialah kenyataan bahwa ide-ide filsafat itu telah merubah pandangan manusia baik terhadap nilai-nilai,.maupun praktek-praktek dalam bidang sosial, politik, ekonomi, pendidikan, kebudayaan pada umumnya.
Esensialisme juga dalam rangka pembina kebudayaan yang demokratis,memusatkan perhatian pada usaha membina kebebasan individu dalam ekspresi dan organisasinya,mislnya dalam bidang sosial-politik,keagamaan,science.
2.      Peranan esensialisme sebagai pemeliharaan kebudayaan.
Esensialisme sebagai teori pendidikan dan kebudayaan melihat kenyataan bahwa lembaga-lembaga dan praktek-praktek kebudayaan modern telah gagal dalam banyak hal untuk memenuhi harapan zaman modern. Maka untuk menyelamatkan manusia dan kebudayaan,harus di usahakan melalui pendidikan.
Fungsi pemeliharaan atas kebudayaan oleh esensialisme ialah meliputi dua segi :
a.       Membina sikap jiwa untuk menjunjung dan menyesuaikan diri terhadap  hukum-hukum dan kebenaran yang di temukan manusia di dalam alam kosmos,baik yang sudah mau pun yang akan datang.
b.      Karena tiap hukum-hukum,prinsip-prinsip,aksioma-aksioma itu bersifat abstrak,maka ia harus di fahami dalam konteks dengan kebudayan. Ia harus di dasari melalui praktek-praktek lembaga-lembaga kebudayaan. Doktrin hak-hak alamiah adalah suatu abstraksi hukum-hukum universal yang terlepas daripada unsur kebudayaan.
3.      Sifat konservatif esensialisme
Sejarah tidak mngingkari nilai-nilai positif sumbangn tokoh-tokoh esensialisme seperti Locke,Harris,Bagley,Thorndike dalam pendidikan. Khususnya dalam membina kemampuan-kemampuan bagi keterampilan yang produktif. Tetapi karena kebudayaan itu berubah,maka pendidikan harus mampu membina pribadi yang secara inteligen sanggup menyesuaikan diri dengan perubahan-perubahan itu. Prinsip esensialisme kembali kepada kebudayaan silam,ini dapat di artikan sebagai satu sikap konservatif.
a.       Esensialisme sebagai Cultural-Lag
Dengan usaha dan prinsip kembali ke masa silam itu sebenarnya esensialisme telah tidak berusaha meneruskan proses sejarah kebudayaan yang bersifat dinamis-progressif. Ini berarti ia merupakan suatu Cultur-Lag,keterlambatan keterbelakangan kultural. Ini bertentangan dengan proses perkembangan kebudayaan yang dinamis.
b.      Penafsiran yang tidak tepat atas “social heritage”
Sikap memuja kepada kebudayaan-kebudayaan atau social heritage itu termasuk pola sokongan esensialisme atas cultural-tradisional. Sebab antara kedua istilah tidak dipakai secara tepat dengan kritis.
Esensial adalah suatu yang kekal,permanen dari suatu social-heritage dengan “tradition” dari adat kebiasaan.
Pengertian yang dimaksud dengan istilah esensialisme meliputi : kebijakan,kejujuran,sikap hormat,mengerti kewajiban,pengabdian ,dan sebagainyayang ingin tetap di bina  melalui pendidikan.




BAB IV
PENUTUP

Pada bab ini, dipaparkan simpulan dan saran yang berkaitan dengan Aliran Filsafat Esensialisme. Simpulan dan saran penulis sajikan sebagai berikut :
A.    Simpulan
Berdasarkan uraian tentang  Aliran Filsafat Esensialisme dapat disimpulkan sebagai berikut :
Secara etimologi esensialisme berasal dari bahasa Inggiris yakni essential (inti atau pokok dari sesuatu), dan isme berarti aliran, mazhab atau paham.
1.      Ontologi Esensialisme:           
Ontologi filsafat pendidikan idealisme menyatakan bahwa kenyataan dan kebenaran itu pada hakikatnya adalah ide-ide atau hal-hal yang berkualitas spiritual.
2.      Epistemologi Esensialisme:
Aspek epistemologi yang perlu diperhatikan halam pendidikan adalah pengetahuan hendaknya bersifat ideal dan spiritual, yang dapat menuntun kehidupan manusia pada kehidupan yang lebih mulia.
3.      Aksiologi Esensialisme:
Sedangkan dalam bidang aksiologi, faktor peserta didik perlu dipandang sebagai agen yang ikut menentukan hakikat nilai.


Prinsip-prisinsip pendidikan esensialisme yaitu:
1.      pendidikan harus dilakukan melalui usaha keras, tidak begitu saja timbul dari dalam diri siswa,
2.      inisiatif dalam pendidikan ditekankan pada guru, bukan pada peserta didik. Peranan guru adalah menjembatani antara dunia orang dewasa dengan dunia anak. Guru disiapkan secara khusus untuk melaksanakan tugas di atas, sehingga guru lebih berhak untuk membimbing pertumbuhan peserta didiknya.
3.      Inti proses pendidikan adalah asimilasi dari mata pelajaran yang telah ditentukan. Kurikulum diorganisasi dan direncanakan dengan pasti oleh orang dewasa.
4.      Sekolah harus mempertahankan motede-metode tradisional yang bertautan dengan disiplin mental.
5.      Tujuan akhir pendidikan adalah untuk meningkatkan kesejahteraan umum.
6.       Menghendaki pendidikan yang bersendikan atas nilai-nilai yang tinggi, yang hakiki kedudukannya dalam kebudayaan
7.      Tentang kurkulum, idealisme memandang hendaklah berpangkal pada landasan ideal dan organisasi yang kuat.

B.     Saran
Menurut aliran esensialisme, pendidikan haruslah berdasarkan kepada kebudayaan yang telah ada sejak dahulu,tetapi bukan berarti tidak menerima perkembangan dan perubahan. Pendidikan juga harus di lakukan dengan usaha yang keras dari berbagai pihak.
 Setelah membaca makalah ini di harapkan kepada kita semua agar lebih memahami tujuan sebenarnya dari aliran esensialisme di bidang pendidikan,sehingga kita dapat menciptakan dunia pendidikan yang lebih baik lagi.

DAFTAR PUSTAKA

Poedjawijatna. 2002. Pembimbing Kearah Alam Filsafat. Jakarta:  Rineka Cipta

Salam,Baharudin. 2002. Pola Dasar Filsafat Moral. Jakarta : Rineka Cipta

Zen,Zelhendri. 2009. Rangkuman Materi Filsafat Pendidikan. Padang : UNP Press

Barnadib,Iman.1982. Filsafat Pendidikan. Yogyakarta : FIP IKIP Yogyakarta

Syam,Muhammad Noor. 1988. Filsafat Kependidikan dan Filsafat Kependidikan Pancasila. Surabaya : Usaha Nasional

Arbi,Zanti.1988.Pengantar Kepada Filsafat Pendidikan. Jakarta :P2LPTK






 
 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar