KATA
PENGANTAR
Puji
dan syukur penulis ucapkan ke hadirat Allah SWT, yang telah melimpahkan
taufik dan hidayah-Nya kepada penulis, sehingga penuis dapat menyelesaikan makalah ini tepat pada waktunya. Salawat beriring
salam tercurahkan pada junjungan kita yaitu Nabi besar Muhammad SAW.
Makalah
yang berjudul “ Aliran Filsafat Pendidikan Esensialisme” ini
bertujuan untuk memenuhi tugas akhir perkuliahan Filsafat Pendidikan pada jurusan Pendidikan Guru Sekolah Dasar, Fakultas Ilmu Pendidikan, Universitas Negeri Padang.
Dalam
kesempatan ini dengan segala kerendahan hati, penulis
mengucapkan terima kasih kepada pihak-pihak yang juga telah berperan serta
menyelesaikan makalah ini, diantaranya:
1.
Ibu Dra. Nur Asma, M.Pd, selaku Dosen Pembimbing
mata kuliah filsafat pendidikan, jurusan Pendidikan Guru Sekolah Dasar, Fakultas Ilmu
Pendidikan, Universitas Negeri Padang.
2.
Kedua
orang tua dan famili yang telah memberikan dorongan, semangat,
nasehat dan do’a serta melengkapi segala kebutuhan baik itu moril maupun
materil
|
Makalah ini tidak luput dari tantangan dan hambatan
yang penulis temukan, namun berkat dorongan, bimbingan, dari semua
pihak di atas penulis dapat menyelesaikan makalah
ini. Namun demikian penulis menyadari dalam penyusunan makalah
ini masih jauh dari kesempurnaan, oleh karena itu penulis
mengharapkan saran-saran yang bersifat membangun demi perbaikan dan
kesempurnaan.
Padang, 01
Juni
2011
Penulis
|
DAFTAR ISI
KATA
PENGANTAR ........................................................................ i
DAFTAR
ISI ........................................................................................ iii
BAB
I PENDAHULUAN
1.1 Latar
Belakang ........................................................................... 1
1.2 Rumusan
Masalah ...................................................................... 2
1.3 Tujuan
Penulisan......................................................................... 2
1.4 Manfaat
Penulisan
...................................................................... 3
1.5 Ruang Lingkup ........................................................................... 3
BAB
II METODE PENULISAN
1.1
Objek
Penulisan........................................................................... 4
1.2 Dasar Pemilihan Objek................................................................ 4
1.3 Metode Pengumpulan Data......................................................... 4
BAB
III PEMBAHASAN
Aliran Filsafat Esensialisme ............................................................. 5
A.
Ontologi
Esensialisme................................................................. 9
B.
pistemologi
Esensialisme............................................................. 12
C.
Axiologi Esensialisme................................................................ 19
D.
Pola
dasar pendidikan esensialisme............................................. 25
E.
Teori
belajar Esensialisme............................................................ 27
F.
Kurikulum
Esensialisme.............................................................. 32
G.
Penilaian
Kebudayaan atas Esensialsme..................................... 34
|
BAB
IV PENUTUP
A.
Simpulan...................................................................................... 38
B.
Saran
........................................................................................... 39
DAFTAR PUSTAKA
|
|
PENDAHULUAN
Pada bagian ini
dipaparkan hal-hal yang berhubungan dengan wawasan tentang penulisan makalah,
yaitu : 1) Latar Belakang, 2) Rumusan Masalah, 3) Tujuan Penulisan,4) Manfaat
Penulisan,dan 5) Ruang
Lingkup.
Paparan tersebut penulis sajikan secara terurut sebagai berikut :
1.1
Latar
belakang
Filsafat adalah
pandangan hidup seseorang atau sekelompok orang yang merupakan konsep dasar
mengenai kehidupan yang dicita-citakan.berfilsafat merupakan kegiatan berpikir
yang sungguh-sungguh dan mendalam. Filsafat banyak mempengaruhi sistem
pilitik,sosial,ideologi,dan juga mempengaruhi sistem ilmu pengetahuan yang
terdapat dalam filsafat itu sendiri.
Pengelompokkan
filsafat pendidikan digolongkan dua kelompok besar,yaitu filsafat pendidikan
“progresifisme” dan filsafat pendidikan “konservatif” yang pertama didukung
pleh filsafat pragmatisme dari Jhon Dewey,dan romantic naturalisme dari
Roousseau. Yang kedua didasari oleh filsafat idalisme,realisme humanisme (human
rasional),dan supernaturalisme atau realisme religius.filsafat-filsafat
tersebut melahirkan filsafat pendidikan esensialisme,prenialisme,dan sebagainya.
Esensialisme adalah
pendidikan yang didasarkan kepada nilai-nilai kebudayaan yang telah ada sejak
awal peradaban umat manusia. Esensialisme muncul pada zaman Renaissance dengan ciri-ciri utama yang berbeda dengan progresivisme.perbedaan
yang utama ialah dalam memberikan dasar berpijak pada pendidikan yang penuh
fleksibilitas,terbuka untuk perubahan,toleran,dan tidakada keterkaitan dengan
doktrin tertentu.
Dengan demikian
Renaissance adalah pangkal sejarah timbulnya konsep-konsep pikir yang disebut
esensialisme.esensialisme adalah konsep meletakkan sebagian ciri alam pikiran
modern.esensialisme pertama-tama muncul dan merupakan reaksi terhadap
simbolisme mutlak dan dogmatis abad pertengahan.maka disusunlah konsep yang
menyeliruh mengenai manusia dan alam semesta yang memenuhi tuntutan zaman.
1.2
Rumusan
Masalah
Berdasarkan latar
belakang diatas,agar dalam penulisan
makalah ini mendapatkan hasil yang di inginkan,maka penulis mengemukakan
beberapa rumusan masalah.rumusan masalah itu adalah :
1.
Apakah
yang dimaksud aliran esensialisme ?
2.
Bagaimana
pandangan-pandangan dalam esensialisme ?
3.
Bagaiman
pola dasar pendidiksn esensialisme ?
1.3
Tujuan
Tujuan dari penyusunan makalah ini antara lain :
1.
Untuk
memenuhi tugas mata kuliah Filsafat Pendidikan.
2.
Untuk
menambah pengetahuan tentang aliran Filsafat Esensialisme.
3.
Untuk
mengetahui berbagai pandangan dan teori-teori dalam Filsafat Esensialisme.
4.
Untuk
mengetahui pola dasar pendidikan esensialisme.
1.4
Manfaat
Manfaat yang dapat diperoleh dari
makalah ini adalah :
1.
Mahasiswa
dapat menambah pengetahuan tentang aliran Filsafat Esensialisme.
2.
Mahasiswa
dapat mengetahui berbagai pandnagn dan teori-teori dalam Filsafat esensialisme.
3.
Mahasiswa
dapat mengetahui pole dasar pendidikan esensialisme.
1.5
Ruang
lingkup
Makalah ini
membahas mengenai aliran Filsafat Esensialisme,berbagai pandangan dan
teori-teori dalam Filsafat esensialisme serta pola dasar pendidikan
esensialisme.
BAB
II
METODE
PENULISAN
2.1.Objek penulisan
Objek penulisan
makalah ini adalah mengenai aliran Filsafat Esensialisme. Dalam makalah ini
dibahas mengenai pandangan-pandangan danteori-teori aliran esensialisme, pola
dasar pendidikan esensialisme,teori belajar esensialisme, kurikulum
esensialisme,dan penilaian kebudayaan atas esensialisme.
2.2.Dasar pemilihan objek
Makalah ini
membahas mengenai aliran filsafat esensialisme.aliran esensialisme merupakan
aliran yang percaya bahwa pendidikan harus berdasarkan nilai-nilai kebudayaan
yang telah diwariskan keoada kita hingga sekarang,telah terujioleh segala
zaman,kondisi dan sejarah. Kebudayaan yang demikian ialah esensia yang mampu
mengemban hari kini dan mas depan umat manusia. Maka dari itu kita perlu
mengetahui bahwa segala perkembangan dalam dunia pendidikan harus tetap mengacu
kepada nilai-nilai kebudayaan yang telah ada.
2.3.Metode pengumpulan data
Dalam pembuatan
makalah ini,metode yang digunakan adalah kaji pustaka terhadap bahan-bahan
kepustakaan yang sesuai dengan materi
yang di angkat dalam makalah ini. Sebagai
referensi juga diperoleh dari situs web internet yang membahas mengenai
aliran Filsafat Esensialisme.
BAB
III
PEMBAHASAN
ALIRAN
FILSAFAT ESENSIALISME
Filsafat
adalah pandangan hidup seseorang atau kelompok orang yang merupakan konsep
dasar mengenai kehidupan yang dicita-citakan. Filsafat banyak mempengaruhi
perkembangan budaya serta berbagai sistem ilmu pengetahuan yang ada dalam
filsafat itu sendiri.
Pengelompokkan
filsafat pendidikan digolongkan menjadi dua kelompok besar,yaitu filsafat
pendidikan “progresif” dan filsafat pendidikan ‘konservatif”.yang pertama
didukung oleh filsafat pragmatisme dari Jhon Dewey,dan romantic naturalisme
dari Roousseau. Yang kedua didasari oleh filsafat idalisme,realisme humanisme
(human rasional),dan supernaturalisme atau realisme religius. Filsafat-filsafat
tersebut melahirkan filsafat pendidikan esensialisme,prenialisme,dan
sebagainya.
Filsafat
pendidikan modern pada garis besarnya dibagi kepada empat aliran yaitu aliran
progresivisme, esensialisme, perenialisme dan rekonstruksianisme (Imam
Barnadib, 1982, Mohammad Noor Syam, 1986). Namun pada tulisan ini hanya
penggambaran singkat yakni penggambaran
hal-hal yang menjadi ciri utama masing-masing aliran filsafat
pendidikan.
Secara
etimologi esensialisme berasal dari bahasa Inggris yakni essential (inti atau
pokok dari sesuatu), dan isme berarti aliran, mazhab atau paham. Menurut
Brameld bahwa esensialisme ialah aliran yang lahir dari perkawinan dua aliran
dalam filsafat yakni idealism dan realism. Aliran ini menginginkan munculnya
kembali kejaaan yang pernah diraih, sebelum abad kegelapan atau disebut “the
dark middle age” (zaman ini akal terbelenggu, stagnasi dalam ilmu pengeetahuan,
kehidupan diwarnai oleh dogma-dogma gerejani. Zaman renaissance timbul ingin
menggantikannya dengan kebebasan dalam berpikir.
Pada aliran esensialisme ini pendidikan di sebut sebagai pemelihara
kebudayaan.Esensialisme dianggap para ahli sebagai
“conservative road to culture” yakni ingin kembali kepada kebudayaan lama,
warisan sejarah yang telah terbukti kebaikannya bagi kehidupan manusia, terutama
zaman renaissance pada abad XI, XII, XIII dan XIV. Pada masa ini telah
berkembang usaha-usaha menghidupkan kembali ilmu pengetahuan dan kesenian serta
kebudayaan Purbakala, terutama di zaman Yunani dan Romawi Purbakala. Zaman
renaissance ini sebagai reaksi terhadap tradisi, puncaknya tumbuh individualism
dalam berpikir dan bertindak dalam semua cabang aktivitas manusia. Sumber utama
dari kebudayaan itu adalah ajaran filsafat, ahli ilmu pengetahuan, yang ajaran
dan nilai-nilai ilmu mereka bersifat kekal dan monumental.
Kesalahan dari kebudayaan modern sekarang menurut esensialisme ialah
kecenderungannya,bahkan gejala-gejala penyimpangannya dari jalan lurus yang
telah ditanamkan kebudayaan warisan itu. Dalam
bidang pendidikan, “fleksibilitas”dalam segala bentuk dapat menjadi sumber
timbulnya pandangan yang berubah-ubah, kurang stabil dan tidak menentu sehingga
pendidikan itu kehilangan arah. Pendidikan haruslah bersendirikan atas
nilai-nilai yang dapat mendatangkan kestabilan, sehingga untuk memenuhinya
haruslah dipilih nilai-nilai yang mempunyai tata yang jelas dan yang telah
teruji oleh waktu yakni nilai-nilai yang berasal dari kebudayaan dan filsafat
yang korelatif selama empat abad belakangan ini, dengan perhitungan zaman
renaissance sebagai pangkal timbulnya pandangan esensialisme. fenomena-fenomena sosial-kultural yang tidak
kita ingini sekarang,hanya dapat diatasi dengan kembali secara sadar melalui
pendidikan,ialah kembali kejalan yang telah di tetapkan.
Pemikir-pemikir besar yang telah dianggap sebagi peletak dasar asas-asas
filsafat aliran ini,terutama yang hidup pada zaman klasik : Plato, Aristoteles,
Democritus sebagai bapak
obkective-idealism adalah peletak teori-teori modern dalam esensialisme.
Yang dominan dalam filsafat esensialisme ini bukan hanya filsafat klasik
saja tetapi lebih-lebih ajaran-ajaran filosof pada zaman reenaissance,merupakan
sokoguru aliran ini.Brameld menulis ciri utama aliran ini yaitu :
“pandangan-pandangan filsafat yang kuno dan absolutisme pandangan abad-abad
pertengahan tercermin dalam otoritasnya yang tidak dapat ditantang,otoritas
gereja yang domatis,dimana pengikut esensialisme modern bertujuan mengusahakan
suatu sistematika,konsepsi tentang manusia dan alam semesta yang secepat
mungkin cocok bagi kebutuhan zaman dan lembaga-lembaga modern”.
Esensialisme merupakan paduan ide-ide filsafat Idealisme dan Realisme.dan
praktek-praktek filsafat pendidikan esensialisme dengan demikian menjadi lebih
kaya dibadingkan jika ia hanya mengambil posisi yang sepihak dari salah satu
aliran yang ia sinthesakan itu.
Demikian pula pandangan esensialisme tentang ide-ide moral,aliran ini lebih
bersifat netral.atau lebih tepat dikatakan aliran ini juga mensintesakan
ide-ide abad pertengahan yang dogmatis-religious dengan ide-ide Renaissance.
Realisme,
titik tinjauannya adalah mengenai alam dan dunia fisik, sedangkan idealism
modern, pandangan-pandangannya bersifat spiritual. Brubacher memberikan ciri
masing-masing:
- Realisme; alam adalah yang pertama-tama memiliki kenyataan pada diri sendiri, dan ini harus dijadikan pangkal berfilsafat. Kualitas-kualitas dari pengalaman terletak pada dunia fisik, dan disanalah terdapat sesuatu yang menghasilkan penginderaan dan persepsi-persepsi yang tidak semata-mata bersifat mental. Jadi jiwa dapat diumpamakan sebagai cerminan yang menerima gambaran-gambaran yang berasal dari dunia fisik. Ini berarti bahwa anggapan-anggapan mengenai adanya kenyataan itu tidak dapat hanya sebagai hasil tinjauan yang menyebelah saja, melainkan pertemuan antara keduanya.
- Idealisme modern; bahwa realita adalah sama dengan substansi gagasan (ide-ide). Di balik dunia fenomena ini ada jiwa yang tidak terbatas yaitu Tuhan yang merupakan pencipta adanya kosmos. Manusia sebagai makhluk berpikir berada dalam lingkungan kekuasaan Tuhan. Dengan menguji dan menyelidiki ide-ide serta gagasannya, manusia akan dapat mencapai kebenaran yang sumbernya adalah Tuhan.
Menurut Brameld tidak mudah untuk mendefinisikan realisme secara
jelas,sebab tidak seorang pun eksponen atau tokohnya cenderung untuk menekankan
salah satu aspeksebagai prinsip utama.
Menurut
Imam Barnadib bahwa ciri utama esensialisme adalah pendidikan
haruslah bersendikan atas nilai-nilai yang dapat mendatangkan kestabilan. Agar
dapat terpenuhi maksud tersebut nilai-nilai itu perlu dipilih yang mempunyai
tata yang jelas dan yang telah teruji oleh waktu. Nilai-nilai yang dapat
memenuhi hal tersebut adalah yang berasal dari kebudayaan dan filsafat yang
korelatif selama empat abad belakangan ini; dengan perhitungan zaman Renaisans,
sebagai pangkal timbulnya pandangan-pandangan esensialistis awal. Puncak
refleksi dari gagasan ini adalah pada pertengahan kedua abad ke sembilan belas.
Esensialisme merupakan suatu gerakan dalam pendidikan yang memprotes terhadap
pendidikan progresivisme. Esensialisme tidak sependapat dengan pandangan
progresivisme yang serba fleksibilitas dalam segala bentuk. Pendidikan yang
bersendikan atas nilai-nilai yang bersifat demikian ini dapat menjadikan
pendidikan itu sendiri kehilangan arah. Dalam pemikiran pendidikan
esensialisme, pada umumnya didasari atas filsafat idealisme dan realisme.
Sumbangan dari masing-masing ini bersifat eklektif.
A.
Ontologi Esensialisme
1.
Sintesa
ide Idealisme dan Realisme tentang hakekat realita berarti esensialisme
mengakui adanya realita objektif di samping objek-objek
pre-determinasi,supernatural dan transcendental.
2.
Aliran
ini dipengaruhi penemuan-penamuan ilmu pengetahuan modern baik Fisika maupun
Biologi.karena itu realita menurut analisa ilmiah dapat dihayati dan diterima
oleh esensialisme.konsekuensi asa ini adalah baginya alam semesta merupakan
satu kesatuan yang mekanis,menurut hukum alam objetif.manusia adalah bagian
alam semesta dan terlibat,tunduk dalam hukum alam.
Demikian pula dengan teori evolusi tentang biologi,tetapi
teori ini di anggap berlaku pula dalam astronomi,geologi,dan sosiologi.
Berdasarkan teori Comte (Sosiologi) dan filsafat evolusi (Herbert
Spencer)serta juga kesimpilan
antropologi-budaya(Leslie White) maka esensialisme menganggap realita
manusia,alam semesta dan kebudayaan adalah realita yang integral semuanya
berada dalam antar hubungan dan dalam proses evolusi,perubahan menuju
kesempurnaan.
3.
Penapsiran
spiritual atas sejarah.
Teori filsafat Hegel mensintesakan science dengan religi
dalam kosmologi,berarti sebagai interpretasi spiritual atas sejarah
perkembangan realita semata.hukum apakah yang mengatur tiap phase perubahan dan
tiap peristiwa sejarah,perubahan-perubahan sosial.dijawab problem itu secara
prinsip : “ bahwa sejarah itu adalah pikiran Tuhan,pikiran yang di
ekspresikan,dinamika abadi yang merubah dunia,yang secara spiritual adalah
realitas”
Walaupun Hegel hidup lebih dulu dari Darwin,namun hegel
telah melihat adanya perjuangan eksistensi dari semua realita.Hegel menekankan
adanya proses perubahan yang terus menerus terjadi dalam makna sejarah.teori
ini pada hakikatnya sama dengan analisa ilmiah tentang evolusi segala sesuatu.
4.
Paham
makrokosmos dan mikrokosmos.
Makrokosmos adalah keseluruhan semesta raya dalam suatu
design dan kesatuan menurut teori kosmologi. Mikrokosmos ialah bagian tunggal
(individu sendiri),suatu fakta yang terpisah dari keseluruhan itu,baik pada
tingkat umum,pribadi manusia,ataupun lembaga. Tetapi sesungguhnya mikrokosmos
ini sesungguhnya pola design dan totalitasnya sama dengan makrokosmos,hanya
berbeda dalam skala ukurannya.misalnya sistem matahari yang amat besar,pada
hakikatnya sama dengan sistem atom yang amat kecil.
Realita demukian dapat digunakan Idealisme untuk
menjelaskan afinitas (hubungan) Tuhan dengan manusia.eksistensi manusia tidak
terlepas daripada eksistensi semesta raya ternasuk pula seksistensi
manusia.Tuhan mengatur semesta ini “dari atas”. Hukum universal yang mengatur
keseluruhan makrokosmos ialah universal mind (pikiran Tuhan) yang meliputi
aturan benda-benda,tenaga,ruang dan waktu,bahkan juga pikran manusia.
Perwujudan proses yag sitematis juga dapat kita temui
pada makrokosmos ini,yakni memusaykan perhatian kepada “self” and “person”.inilah
filsafat religious modern yang amat berpengaruh yang dikenal sebagai
personalisme.tujuan ajaran filsafat ini adalah untuk membuka rahasia keunikan
spiritual-kepribadian yang lebih daripada sebagai fenomena alam melainkan sebagai subjek yang mampu mengadakan analisis
ilmiah.realita demikian menjadi bagia daripada keseluruhan alam dan community
of selves.ini adalah relita spiritual yang mengambil bagian dari universal
self.
Realita kosmos adalah realita antara (intermediete),
antara Tuhan dengan manusia.manusia berpikir sebagai manifestasi pikiran
Tuhan.tetapi kesadaran manusia tentang segala sesuatu tidak bersumber atas
subjectiv-idealism dimana sumber realita adalah pribadinya.melainkan melalui
kesadaran dan kontak dengan Tuhan secara
rohaniah,manusia mengerti Tuhan,alam semesta ,sebab Tuhan adalah sumber
realita,sumber kesadaran umat manusia,bahkan sebagai universal-self. Dan
universal-mind.
Jadi, dapat
disimpulkan bahwa ontologi filsafat pendidikan idealisme
menyatakan bahwa kenyataan dan kebenaran itu pada hakikatnya adalah ide-ide
atau hal-hal yang berkualitas spiritual. Oleh karena itu, hal pertama yang
perlu ditinjau pada peserta didik adalah pemahaman sebagai makhluk spiritual
dan mempunyai kehidupan yang bersifat teleologis dan idealistik. Pendidikan
bertujuan untuk membimbing peserta didik menjadi makhluk yang berkepribadian,
bermoral, serta mencita-citakan segala hal yang serba baik dan bertaraf tinggi.
B.
Epistemologi Esensialisme
Teori kepribadian
manusia sebagai refleksi Tuhan adalah jalan untuk mengerti epistemologi
esensilisme.sebab,jika manusia mampu menyadari realita dirinya sebagai
mikrokosmos dalam makrokosmos,maka manusia pasti mengetahui dalam tingkat/kualitas
apa rasionya mampu memikirkan kesemestaan itu.
1.
Kontroversi
jasmaniah-rohaniah
Perbedaan idealisme dengan realisme adalah karena yang
pertama menganggapbahwa rohani adalah kunci kesadaran tentang realita.manusia
mengetahui sesuatu hanya di dalam dan melalui ide,rohaniah.sebaliknya realist
berpendapat ahwa kita hanya megetahui sesuatu realita di dalam dan melalui jasmani.
2.
Approach
Idealisme pada pengetahuan
a.
Kita
hanya mengerti our own spiritual selves (rohaniah kita sendiri).tetapi
pengertian ini memberi kesadaran untuk mengerti realita yang lain.sebab
kesadaran kita,rasio manusia adalah bagiandaripada rasio Tuhan yang maha
sempurna,ini menurut personalisme.
b.
Menurut
T.H.green,approach personalisme itu hanya melaluia introspeksi.padahal manusia
tak mungkin mengetahui sesuatu hanya dengan kesadaran jiwa tanpa adanya
pengamatan.karena itu setiap pengalaman mental pastilah melalui relasi antara
macam-macam pengamatan.ini berarti pikiran itu menjadi pula suatu
substansi,tidakj dalam makna substansi material,melainkan sebagai prinsip
ekstra-natural.
c.
Bagi
Hegel,substansi mental itu tercermin pada hukum-hukum logika dan hukum
alam.hukum dialegtika berpikir,berlaku pula hukum perkembangan sejarah dan
kebudayaan manusia.
d.
Dalam
filsafat religious yang modern,ada teori yang menyatakan bahwa,apa yang saya
mengerti tentang sesuatu adalah karena resonansi pengertian Tuhan.saya sebagai
fitnite being (makhluk terbatas) mengetahui hukum dan kebenaran universal
sebagai realisasi resonansi jiwa dengan jiwa Tuhan (God’s infinite mind).dan
jika saya tidak mengetahui sesuatu,itu hanya karena resonansi dengan Tuhan
terganggu,ternhalang oleh keraguan pribadi atas eksistensi Tuhan.
3.
Approach
Realisme pada pengetahuan
Realisme dalam teori psikologi dan epistemologinya
dipengaruhi oleh Newton dengan ilmu pengetahuan alamnya.realisme menafsirkan
manusia dalam rangka hukum alam,demikian pula aktivitas pikir manusia
dianggapsebagai suatu mekanika.cara menafsirkan manusia dalam Realisme di
bedakan menjadi :
a.
Menurut
teori Associatinisme
Teori ilmu jiwa
asosiasi sesungguhnya dipengaruhi oleh filsafat empirisme John Locke.pikiran
ide-ide atau isi jiwa adalah asosiasi unsur-unsur penginderaan dan pengamatan.
b.
Menurut
teori Behaviorism
Realisme kedua
dalam penyelidikan ilmu-ilmu jiwa dalah behaviorism.aliran ini berkesimpulan
bahwa perwujudan kehidupan mental tercermin pada tingkah laku.sebab,manusia
sebagaisatu organisme adalah totalitas mekanisme yang ditentukan aspek-aspek
:susunan sistem syaraf,faal,pengalaman-pengalaman biologis.bagi behaviorism,istilah-istilah
jiwa dan kesadaran dianggap istilah usang yang membingungkan,dan itu hanyalah
pendekatan yang pra-ilmiah.
Badan adalah fakta
yang fundamental.bahkan berpikir dianggap sebagai prosesneuromuscular
(syaraf-otot) yang kompleks.kepribadian pun sesungguhnya hanyalah istilah yang
diberikan kepada pola-pola reaksi yang telah terkondisi dari
seseorang.behaviorism menyimpulkan bahwa manusia adalah ditentukan semata-mata
oleh hukum alam,dan tidak seperti idealisme yang menyatakan bahwa manusia seluruhnya di tentukan oleh hukum-hukum rohaniah.
c.
Menurut
teori Connectionisme
Teori ini
mentyatakan semua makhluk,termasuk manusia terbentuk (tingkah-lakunya) oleh
pola-pola connections between (hubungan-hubungan antara) stimulus (S) dan
response (R).hukum utama yang menentukan proses ini ialah “the law of exercise”
dan “the law of effect”.hukum latiahn berarti bahwa frekuensi dan recency
latihan akan memperkuat hubungan-hubungan stimulus response itu.
Hukum efek adalah
bahwa individu cenderung untuk mengulangi response yang menyenangkan,dan
mengurangi response yang berakibat tidak menyenangkan.proses ini dapat diulang
dan diukur secara kuantitatif dalam eksperimen-eksperimen.conectionisme
merevisi dasar-dasar yang kuno dalam Behaviorisme denagn teori-teorinya.yaitu:
·
Connectionisme
menekankan aspek hereditas dalam tingkah laku lebih daripada aspek
lingkungan,terutama kemampuan intelegensi.
·
Connectionisme
menganggap urgen perasaan senang dan rasa sakit,yang menentukan response
seseorang atas suatu rangsang.
·
Connectionisme
masih menghargai istilah thinking, consciousness, mind sebagai suatu realita
dalam tingkah laku manusia.
4.
Tipe
Epistemologi Realisme
Dalam aliran realisme mereka belum puas denga suatu
thesis tertentu.mereka bebeda-bedadalam pandangan epistemologi mereka.di
Amerika ada dua type utama:
a.
Neorealisme
Neorealisme secara
psikologis lebih erat dengan behaviorisme.baginya pengetahuan
diterima,ditangkap langsung oleh pikiran dari dunia realita.itu sebabnya
neorealisme menafsirkan badan sebagi response khusus atas rangsang yang berasal
dari luar dengansedikit atau tanpa ada prospek intelek.
b.
Critical
realisme
Aliran ini lebih
dekat dengan Locke dan Associationisme,yang menyatakan bahwa media antara
intelek dengan realita adalah seberkas penginderaan dan pengamatan.pengetahuan
disuguhkan kepada intelek (sadar-tahu) mlalui proses pengamatan itu.
5.
Kesimpulan
dari teori korespondensi
Teori ilmu pengetahuan korespondensi,di dalam
esensialisme mendapatkan tiga interprestasi :
a.
Bahwa
teori korespondensi bagi realisme dalam lapangan psikologi dan filsafat
cenderung menerimaide bahwa dunia sesungguhnya adalah mekanis dalam dalam man
manusia hiduo dan berfungsi.dunia secar primer ditentukan oleh hukum kausalitas
(sebab-akibat) baik phisis maupun chemis.
b.
Bahwa
asumsi dasar teori korespondensi tentang “stamping in” (bekas,kesan) dalam
proses stimulus-response yang terutama dianut oleh connectionisme,di anggap
jalan bagi pengetahuan yang reliable.karena itu stimulus yang berasal dari
realita lingkungan hidup manusia alamiah dan kebudayaan masyarakat adalah
sumber proses mendapatkan pengetahuan dan kebenaran.
c.
Bahwa
teori korespondensi tentang pengetahuan
dapat disamakan dengan teori pengetahuan aliran realisme.sebab bagi kedua
aliran ini,semesta raya dengan hulum universalnya adalah sumber dan ukuran
(kriteria) bagi segala yang kita ketahui.
Keduanya sama benar dalam asas,dimana idealisme mengakui
adanya relasi antara the finite self
(manusia) dengan the infite self (Tuhan).dan realisme berpendapat bahwa pikiran
(mind) tergabtung atas “nature” atau “matter” (alam,zat,materi).idealisme dan
Realisme berpendapat pula bahwa ada
pre-existence dan bahwa kosmos adalah sumber kebenaran,dimana pikiran manusia
selalu berhubungan dengan kosmos itu.
Aspek epistemologi yang perlu diperhatikan halam
pendidikan adalah pengetahuan hendaknya bersifat ideal dan spiritual, yang
dapat menuntun kehidupan manusia pada kehidupan yang lebih mulia. Pengetahuan
semacam itu tidak semata-mata terikat kepada hal-hal yang bersifat fisik,
tetapi mengutamakan yang bersifat spiritual. Sedangkan aspek aksiologi
menempatkan nilai pada dataran yang bersifat tetap dan idealistik. Artinya,
pendidik hendaknya tidak menjadikan peserta didik terombang-ambing oleh hal-hal
yang bersifat relative atau temporer (Imam Barnadib, 2002). Ontologi dari
filsafat pendidikan realisme bahwa pendidikan itu seyogyanya mengutamakan
perhatian pada peserta didik seperti apa adanya, artinya utuh tanpa reduksi.
Dalam bidang epistemologi, bahwa pengetahuan adalah
hasil yang dicapai oleh proses mana subjek dan objek mengadakan pendekatan.
Dengan demikian hasilnya adalah perpaduan antara pengamatan, pemikiran, dan
keseimpulan dari kemampuan manusia dalam menyerap objeknya. Oleh karena itu,
epistemologi dalam filsafat pendidikan realisme adalah proses dan produk dari
seberapa jauh pendidik dapat mempelajari secara ilmiah emperis mengenai peserta
didiknya. Hasil-hasilnya akan digunakan sebagai dasar untuk menyelenggarakan
pendidikan.
C.
Aksiologi Esensialisme
Dalam
bidang aksiologi,faktor peserta didik perlu dipandang sebagai agen yang ikut
menentukan hakikat nilai (Imam Barnadib, 2002).
Esensialisme
didasari atas pandangan humanisme yang merupakan reaksi terhadap hidup yang
mengarah pada keduniaan, serba ilmiah dan materialistis. Selain itu juga
diwarnai oleh pandangan-pandangan dari paham penganut aliran idealisme dan
realisme. Tujuan umum aliran esensialisme adalah membentuk pribadi bahagia di
dunia dan akhirat .
Johann Amos
Comenius (1592-1670) sebagai salah satu tokoh esensialisme mengatakan bahwa
karena dunia ini dinamis dan bertujuan, kewajiban pendidikan adalah membentuk
anak sesuai dengan kehendak Tuhan. Tugas utama pendidikan ialah membina
kesadaran manusia akan semesta dan dunia, untuk mencari kesadaran spiritual,
menuju Tuhan (Imam Barnadib, 2002; Mohammad Noor Syam, 1986).
Teori nilai menurut
Idealisme bahwa hukum-hukum etika adalah hukum kosmos, karena itu seseorang
dikatakan baik hanya bila ia secara aktif berada di dalam dan melaksanakan
hukum-hukum itu. Dengan demikian posisi seseorang jelas dapat dimengerti dalam
hubungannya dengan nilai-nilai itu. Dalam filsafat, misalnya agama dianggap
mengajarkan doktrin yang sama, bahwa perintah-perintah Tuhan mampu memecahkan
persoalan-persoalan moral bagi siapapun yang mau menerima dan mengamalkannya.
Meskipun Idealisme menjunjung asas otoriter atas nilai-nilai itu, namun ia
tetap mengakui bahwa pribadi secara aktif bersifat menentukan nilai-nilai itu
atas dirinya sendiri yaitu memilih dan melaksanakan.
2.
Teori
nilai menurut idealisme
Penganut idealisme berpegang bahwa hukum-hukum etika
adalah hukum kosmos,karena itu seseorang dikatakan baik hanya jika ia secara
aktif berada didalam dan melaksanakan hukum-hukum itu.dengan demikian posisi
seseorang jelas dapat dimengerti dalm hubungannya dengan nilai-nilai itu.
Meskipun idealisme menjunjung asas otoriter atas
nilai-nilai itu,namun ia juga tetap mengakui bahwa pribadi secara aktif
bersifat menentukan nilai-nilai itu atas dirinya sendiri.
a.
Teori
nilai idealisme modern
Denganperwujudan
watak idealisme modern ini tersimpul pula perbedaan antara filsafat modern
dengan filsafat abad pertengahan.watak dunia modern mengutamakan dunia
sekarang.tetapi watak ini menjadi kecenderungan idealisme dan
realisme.bahkan idealisme-objektif,
pengikut-pengikut Hegel,sudah tidak mengingkari realita adanya evil (kejahatan)
disamping good (kebaikan).mereka telah mengetahui bahwa kejahatan adalah
pengalaman yang nyata dalam kehidupan manusia. Tetapi karena idealisme objektif
ini mengakui sifat inherent kosmos itu adalah baik,maka meraka membuktikan
bahwa kejahatan itu adalah subordinat dari kebaikan.dan kewajiban manusia
adalah untuk menentang dan meniadakan kejahatan itu dalam pribadinya.
Tokoh idealisme
modern,Immanuel Kant,meletakkan teori nilai yang baru sebagai ganti atas
kepercayaan tradisional. Kant mencariasa-dasar tindak moral atas hukum moral
yang tidak diragukan lagi,inilah yang ia namakan sebagai “categorical-imoerativ
( kategori-imperatif), rasa kewajiban atas tugas tanpa syarat dan prediket
,apakah itu disebut taat atau loyal. Hukum moral dimaksud menyatakan bahwa tiap
manusia harus selalu melakukan sesuatu yang oleh semua manusia tindakan itu
wajib dilakukandi mana dan pada waktu apa pun.misalnya kewajiban manusia untuk
tetap honest (tulus) sebab itu adalah kebaikan universal.
Kant adalah tokoh
utama untuk ide ini.asas moral yang supernatural,berasal dari Tuhan ialah asas
persamaan dan jaminan bahwa siapapun yang berbuat kebajikan akan mendapat pahala.
Orang yang
melakuakn sesuatu karena paksaan tanpa kebebasan tak mungkin bertanggung jawab
atas tindakannya.orang dipaksa melakukan kebaikan tanpa kesadaran dan kemauam
sendiri walaupun hasilnya tetap baik,orang tersebut tidak dapat dikatakan telah
melakukan kebaikan.ia telah melakukan paksaan. Karena itu asas kemerdekaan
individu menjadi asas tindakan moral.
b.
Teori
sosial idealisme
Pendekatan
Idealisme pada teoti etika paralel dengan pendekatannya pada ide dan cita-cita
tentang sosial politik.Hegel menemukan
kualitas-spiritual yang berkembang dalam lembaga-lembaga sosial dari
kehidupan keluarga sampai kehidupan nasional.kualitas spiritual yang dimaksud
adalah kesadaran cinta bangsa dan cinta tanah air. Hegel berkesimpulan bahwa
negara adalah manifestasi daru Tuhan,karena itu wajib bagi warga negara untuk
setia dan mnejunjung negara.
Teori ini di anggap
sebagai sumber pemujaan yang berlebih-lebihan kepada negara.
c.
Teori
estetika idealisme
Kant mengajarkan :
bahwa manusia menikmati kesenangan yang tulus ikhlas dalam objek keindahan,dan
melupakan keterbatasan pengamatannya.dan dengan itu manusia sesaat berada dalam
kesatuan abadi,karena keindahan itu bersumber dari Tuhan yang maha indah
Hegel
menyatakan,bahwa karya seni adalah ekspresi kehidupan spiritual manusia.manusia
menangkap sifat universal relita melalui perasaan dan panca indera.
Idealisme juga
mengakui bahwa keindahan suatu objek terjelma dari keadaan yang tidak
indah,dari kegiatan pengalaman sehari-hari sebagai jodoh dari pola-pola
harmonis alamiah.eksistensi indah karena eksistensi jelek.dan keindahan sesuatu
hanya dapat dimengerti oleh imaginasi spiritual yang mampu membuka semangat
universal dan kesempurnaan dalam tiap realita.
3.
Teori
nilai menurut Realisme
Prinsip sederhana
Realisme tentang etika ialah melalui asas ontologi bahwa sumber semua pengalaman
manusia terletak pada keteraturan lingkungan hidupnya. Karena itu approach yang
paling tetap pada nilai-nilai ialah sebagai mana approach pada pengetahuan,
yakni dengan pemahaman obyektif atas peristiwa-peristiwa dalam kehidupan.
Fakta, peristiwa itulah yang menimbulkan pertimbangan proporsional dalam
ekspresi keinginan, rasa kagum, tidak suka dan penolakan. Kecenderungan
approach obyektif ini yang melahirkan penyelidikan ilmiah, khususnya dalam ilmu
pengetahuan sosial (Mohammad Noor Syam, 1986).
a.
Etika
determinisme
Teori Realisme yang
paling berpengaruh adalah etika determinisme,karena semua unsur
semesta,termasuk manusia,adalah dalam satu mata rantai yang tak berakhir dan
dalam kesatuan hukum kausalitas.seseorang tetgantung seluruhnya dalam ikatan
sebab-akibat kodrati itu dan itulah yang menentukan keadaannya sekarang,baik
ataupun buruk.inilah sebabnya esensialisme mengakui asas baik hereditas maupun
lingkungan,faktor internal dan faktor eksternal. Yang pertama mengakui bahwa
tingkah laku manusia adalah produk potensi-potensi biopsychological
(rohani-jasmani).sedangkan yang kedua berpendapat bahwa tingkah laku manusia
terbentuk karena lingkungan,pengalaman.implikasi etika determinisme ini adalah
bahwa tokoh esensialisme berbeda-beda
menafsirkan prinsip-prinsip etika.
Perry,tokoh realisme menganggap nilai sebagai objek
interset individu,suatu teori nilai yang amat mempengaruhi progresivisme
.dengan demikian, suatu itu baik,tingkah laku baik,sesuai dengan minat individu
.
b.
Teori
sosial realisme
Teori sosial
realisme ini mengapproach nilai-nilai ekonomi dan politik serta
praktek-prakteknya berdasarkan cara-cara ilmiah,yaitu dengan “netralitas”
Bertrand mengapproach dengan asas “fre man “ (manusia merdeka).
Pelaksanaan
pandangan ini ialah bahwa ekonomi memerlikan hukum-hukum bagi proses pemasaran
perdagangan;sosial memerlukan struktur organisasi lembaga-lembaga sosial.dan
politik memerlukan ilmu politik,pengetahuan-pengetahuan tentang
kelompok-kelompok sosial dan kekuatan-kekuatan masa,partai.
Inilah teori yang
berhibungan dengan teori Adam Smith (capitalism) dan Niccolo Machiavelli
(prinsip objektif politik).
c.
Teori
estetika Realisme
Teori realisme
tentang estetika terpusat pada mengekspresikan kehidupan sebagimana
adanya,yakni dalam realita suka dan duka,proses harmoni dan disharmoni.
Dalam wujudnya yang belum matang teori ini percaya “that
art of imitation of nature”,”seni adalah imitasi dari alam”.beberapa realis
menafsirkan imitasi itu hanya sebagai ekspresi dengan melalui media seni
tertentu.
Realisme tidak mengutamakan seni atas keindahan seperti
asas estetika idealisme.melainkan realisme mengakui bahwa seni meliputi kedua jenis realita,yakni
keindahan dan kejelekan.pada prinsipnya tujuan seni dalah membuka tabir
kehidupan untuk lebih dimengerti,dihayati baik segi positif maupun negatif.
D.
Pola
dasar pendidikan esensialisme
1.
Uraian
ini memberikan penjelasan tentang pola dasar
pendidikan aliran esensialisme. Analisa dan penafsiran berikut
dimaksudkanuntuk menghindari salah pengertian.
v
Bahwa
tidak semua pendidikan esensialisme selalu langsung berasal dari filsafat
esensialisme. Meskipun secara umum prinsip-prinsip utama filsafatnya konsisten
dengan teori pendidikannya namun esensialis percaya bahwa dalam pelaksanaan
pendidikan diperlukan modifikasi,pelengkap,bahkan penyimpangan dari
ajaran-ajaran filosof tokoh dasar bagi teori yang murni,tetapi praktek
memerlukan adaptasi dengan kondisi tertentu. Tidak semua idealis dan realis
dapat di golongkan menajdi kaum esensialis dalam prinsip-prinsip pendidikannya.
v
Bahwa
dengan demikian,asas filosofis esensialisme yang lengkap,tidak harus selalu
diikuti dengan pola-pola asasi atau pola-pola dasar pendidikannya yang
terperinci.
v
Pola
asasi pendidikan esensialisme hanyalah berhubungan dengan teori dasar
pendidikan .sebab,soal-soal praktek pendidikannya adalah masalah praktis yang
disesuaikan dengan kondisi yang insidental.
2.
Erasmus,Comenius,
dan Locke
v
Erasmus
hidup pada tahun 1466-1536,berada dalam zaman kontradisi alam pikiran,yakni
alam pikiran abad pertengahan yang dogmatis dengan alam pikiran
humanisme,cita-cita kebebasan dan harga diri manusia.
Erasmus mengabdikan
diri dalam cita-cita pendidikan dengan kurikulim yang menjembatani kedua alam
pikiran itu.ia merintis pendidikan dengan mengawinkan sistem belajar klasik
dengan pandangan internasional (zaman itu mulai tumbuh nasionalisme).ia pelopor
pendidikan guru dan sekolah umum bagi dua golongan kelas sosial,yakni bagi
midle-class dan kaum aristokrat.
v
Comenius
(1592-1670)
Beliau adalah
pendidik pertama renaissance yang memberi asas baru dalam pendidikan sebagai
realist modern,ia mengajarkan bahwa proses belajar harus melalui pengamatan.
Comenius percaya
bahwa dunia ini bersifat dinamis dan memiliki tujuan. Tugas utama pendidikan
ialah membina kesadaran manusia akan semesta dan dunianya,untuk mencari
kesadaran spiritual,menuju Tuhan.
v
Jhon
Locke (1632-1704)
Locke adalah ahli
pengetahuan sekaligusfilosof yang amatberpengaruh terhadap pendidikan,sebagai
tokoh realisme utama. Ia mencita-citakan teori sosial baru dalam tata
politik,peletek dasar trias politika,untuk melawan otoritas monarkhi yang
absolute. Ia juga peletak asas pendidikan modern yang mengutamakan faktor
lingkungan dalam rangka menyesuaikan
manusia kepada alam semesta yang natural dan superntural. Karena itu sistem
sekolah harus mengutamakan realita dunia tempat hidup,situasi praktis. Ia
peletak ide sekolah kerja,yakni mendidik manusia yang mampu hidup dalam
masyarakat.
E.
Teori
belajar Esensialisme
1.
Teori
belajar menurut esensialisme.
Teori korespondensi sebagai
dasar.Yakni kebenaran adalah persesuaian antara pernyataan dan fakta. Meskipun
proses belajar dianggap bidang psikologi, tetap oleh aliran ini belajar juga
dianggap sebagai masalah ontologi, epistemologi dan axiologi. Pendirian
demikian berdasarkan prinsip bahwa perlu verifikasi kodrat realita yang kita
pelajari (ontologi). Juga diperlukan reliabilitas pengetahuan yang dipelajari
(epistemologi) dan demikian pula nilai dari realitas dan pengetahuan itu
(axiologi). Pada prinsipnya proses belajar adalah melatih daya jiwa yang
potensial sudah ada. Proses belajar sebagai proses menyerap apa yang berasal
dari luar. Yaitu dari warisan-warisan sosial yang disusun di dalam kurkulum
tradisional, dan guru berfungsi sebagai perantara.
Penganut idealisme dan realisme mamang berbeda dalam hal interpretasi mereka tentang
kodrat suatu objek. Idealist percaya bahwa watak suatu objek adalah spiritual,
nin material atau ideal. Sebaliknya realist percaya bahwa kodrat suatu objek
adalah fisik,material, dan mekanis.
Dari segi pendidikan,maka approach demikian memberi
pandangan bahwa belajar adalah proses korespondensi. Murid menduduki posisi
sebagai penerima alam semesta ini. Proses belajar adalah tentang bagaimana
subyek mengerti tentang realita itu. Dalam hal ini idealisme dan realisme mengakui proses itu melalui korespondensi.
Artinya teori korespondensi menentukan konstruksi dan aplikasi apa yang subyek
fahami tentang sesuatu objek.
Prinsip-prisinsip pendidikan esensialisme yaitu:
a.
pendidikan
harus dilakukan melalui usaha keras, tidak begitu saja timbul dari dalam diri
siswa,
b.
inisiatif
dalam pendidikan ditekankan pada guru, bukan pada peserta didik. Peranan guru
adalah menjembatani antara dunia orang dewasa dengan dunia anak. Guru disiapkan
secara khusus untuk melaksanakan tugas di atas, sehingga guru lebih berhak
untuk membimbing pertumbuhan peserta didiknya. Esensialisme, menurut Imam
Barnadib, bahwa guru sebagai penentu bagi pendidikan. Kedudukan guru atau
pendidik demikian penting karena mereka mengenal dengan baik tentang tujuan
pendidikan serta pengetahuan atau materi-materi lain (Imam Barnadib, 1988).
c.
Inti
proses pendidikan adalah asimilasi dari mata pelajaran yang telah ditentukan.
Kurikulum diorganisasi dan direncanakan dengan pasti oleh orang dewasa.
Pandangan ini sesuai dengan filsafat realisme bahwa secara luas lingkungan
material dan sosial, adalah manusia yang menentukan bagaimana seharusnya ia
hidup.
d.
Sekolah
harus mempertahankan motede-metode tradisional yang bertautan dengan disiplin
mental.
e.
Tujuan
akhir pendidikan adalah untuk meningkatkan kesejahteraan umum.
f.
Menghendaki pendidikan yang bersendikan atas
nilai-nilai yang tinggi, yang hakiki kedudukannya dalam kebudayaan. Nilai-nilai
ini hendaklah yang sampai kepada manusia melalui sivilisasi dan telah teruji
oleh waktu. Tugas pendidikan adalah sebagai perantara atau pembawa nilai-nilai
yang ada di dalam gudang di luar ke jiwa peserta didik. Ini berarti bahwa
peserta didik itu perlu dilatih agar mempunyai kemampuan penyerapan yang tinggi
(Imam Barnadib, 2002).
2.
Teori belajar menurut idealisme
a.
Mikrokosmos
sebagai subjek
Idealisme sebagai
filsafat hidup cenderung mulai dangan manusia
sebagai pribadi,sebagi subjek. Subjek ini bergerak dengan understanding
kepada diri sendiri menuju understanding dunia objek. Dengan stilah ontologi,
dikatakan bahwa mikrokosmos asas mengerti makrokosmos. Sebagai pribadi manusia
mengerti proses pikirannya sendiri adalah pangkal untuk mengerti
pribadi-pribadi lain dan semesta.
Di atas pandangan
subjektif dan individual,maka belajar menurut idealisme adalah “ self
development of mind as spiritual substance.”
Dengan arti
demikian,maka jiwa bersifat kreatif. Dan pendidikan merupakan proses melatih
daya-daya jiwa seperti pikiran,ingatan,perasaan,baik sebagai warisan
sosial,maupun sebagai makrokosmos.
b.
Makrokosmos
sebagai dasar
Tetapi harus
didasari bahwa idealisme,dalam pandangan prospek kebudayaan mdern,tidak dapat
di artikan secara ekslusif dalam makna subjektif atau individualitas. Sebab
dalam kenyataan idealisme,dengan nilai-nilai persamaan, kemerdekaan dalam ide
demokrasi, maka individu memerlukan dasar dalam mana kehidupan sejahtera dan
harmonis diwujudkan. Harmoni dan tertib itu tidak harus ada di dalam
masyarakat,melainkan juga di dalam alam. Dengan demikian individu itu adalah bagian
dari harmoni semesta.
Teori belajar
idealisme, yang dimulai dengan pribadi sebagai subjek yang kreatif, adalah
untuk mengerti Tuhan. Idealisme percaya bahwa individu selalu mengerti dirinya
lebih dulu untuk dapat mengerti antar hubungannya dengan sesuatu dalam
makrokosmos. Tetapi belajar tidaklah berakhir untuk mengenal diri sendiri.
3.
Teori belajar menurut realisme
a.
Pengaruh
Thorndike
Dengan menolak
teoti belajar idealisme,realisme menerima dengan penuh perhatian teori-teori
modern dari ilmu jiwa pendidikan. Tokoh realisme dalam psikologi pedidikan
adalah Edward L.Thorndike yang merupakan pelopor teori connectionisme.
b.
Proses
belajar menurut realisme
Meskipun tidak
semua realist penganut connectionisme, hampir semua percaya bahwa proses
belajar adalah hubungan antara pribadi dengan lingkingan.
Prinsip belajar dalam realisme :
v Bagley : bahwa proses belajar meliputi proses pengenalan
kepada warisan-warisan manusia lampau sebagai dasar interpretasi bagi realita
yang ada sekarang, pengertian dengan dasar tentang nilai-nilai moral dan
otoritas kenyataan-kenyataan yang objektif.
v Finney : bahwa sesungguhnya manusia itu terutama “the
social nature of mental life” dari kepribadiannya yang menentukan hubungannya
dengan sosio-kulturalnya. Ini berarti manusia melalui pendidikan akan menerima
warisan kebudayaan itu.
F.
Kurikulum
Esensialisme
Belajar adalah
proses aktif pribadi untuk mengerti dan menguasai “sesuatu.” Materi atau isi
yang di pelajari itu ialah apa yang tersimpul dalam istilah kurikulum. Oleh
karena sesuatu itu tak terbatas di dalam kehidupan manusia,demikian pula
potensi penguasaan manusia,maka perlu ada pedoman untuk melaksanakan pendidikan
supaya tujuan pendidikan tercapai.
Kurikulum yang
minimal sebagai tak dapat di kurangi itu di dasarkan pada dasar kepercayaan
esensialisme. Yaitu,bahwa dalam realita semesta ini segala sesuatu itu ada
dalam hubungan dengan hukuk-hukum objektif yang mutlak, sebagai
pre-existence,sebagai eksistensi sebagai fakta-fakta. Dan tiap individu harus
mengerti hukum-hukum itu demi adaptasi terhadap realita dan tuntutan semesta
itu,khususnya pada kebudayaan di mana ia hidup.
Fungsi guru adalah
sebagai perantara antara bahan yang telah di tentukan berdasarkan standard itu
dengan murid sebagai penerima.
1.
Kurukulum
idealisme
a.
Ulich
menekankan kurikulam termasuk bahasa asing dalam rangka antara hubungan
internasional yang lebih erat dan luas dalam masa depan. Juga
pengertian-pengertian religius dalam rangka pemahaman semesta raya. Ulich masih
mengakui prinsip-prinsip tradisional baik dalam subjek-matter-curriculum amupun
metodenya.
b.
Horne
menganggap bahwa kurikulum pada dasarnya harus sesuai dengan kebutuhan dan
kemampuan anak. Yang utama adalah “esensial studies” yang meliputi metode
ilmiah,dunia organis dan an-organis,human environment,apresiasi terhadap seni.
c.
Demiaskevich
berpendapat bahwa fungsi sekolah terutama sebagai pusat ‘intellectual training”
dan “character building” secara formal disiplin.
2.
Kurikulum
realisme
a.
Bagley
mengnggap bahwa kurikulum terdiri atas serangkaian bahan yang mulai dari
sederhana sampai ke yang kompleks.
b.
Thorndike
dan Bobbitt menekankan kurikulum bagi persiapan tugas anak di dalam
kehidupannya. Terutama Bobbit menekankan urgensi analisa atas aktivitas dan
tujuan orang dewasa dalam apa yang di sebut “job analysis.” Berdasarkan analisa
itu dapat di tetapkan secara tepat isi kurikulum yang di kehendaki. Sebab
tujuan dari orang dewasa telah di tetapkan oleh tujuan-tujuan kebudayaan yang
berlaku dalam masyarakat.
c.
Morrison,tokoh
realisme mengapproach pembinaan kurikulum dengan prinsip-prinsip-prinsip hukum
alam. Morrison percaya bahwa tujuan
tertinggio pendidikan adalah “penyesuaian” menurut interpretasi realisme
berdasarkan prinsip aliran ini,yakni sesuai sebagai penyesuaian kepada hukum
alamiah-penyesuaian pada proses evolusi dan kepada realita dan kondisi-kondisi
kebudayaan yang berlaku.
3.
Peranan
sekolah menurut esensialisme
Semua penganut esensialisme di Amerika tanpa kecuali
percaya dan menganut nilai-nilai demokrasi. Sekolah terutama berfungsi mendidik
warga negara supaya hidup sesuai dengan prinsip-prinsip dan lembaga-lembaga
sosial yang ada di dalam masyarakatnya. Pendapat Kandel tokoh realisme adalah
representative untuk ide tentang fungsi sekolah dalam masyarakat menurut
esesnsialisme.
G.
Penilaian
Kebudayaan atas Esensialsme
Karena prinsip
utama dan watak esensialisme ialah semangat ingin kembali kepada warisan
kebudayaan masa silam yang agung dan ideal,maka pendidikan baginya ialah
sebagai pemelihara kebudayaan yang ada. Ide ini lahir sebagai reaksi atas
kenyataan,atas diagnose,bahwa kebudayaan modern gagal mencapai prospek ideal.
Oleh sebab itu mission utama esensialisme ialah mengabdikan diri guna
mengabdikan kebudayaan modern sekarang kepada prestige dan kewibawaan seperti
yang di miliki kebudayaan warisan masa lampau. Ini tidak berarti bahwa
esensialisme mengabdikan kenyataan adanya perubahan sosial.
Peranan dan
sekaligus nilai positif dari aliran esensialisme terutama tersimpul dalam :
1.
Kedudukan
idealisme modern dan realisme modern sebagai sokoguru kebudayaan modern.
Kedua ajaran filsafat tersebut adalah fundamental bagi
tegaknya kebudayaan modern yang ideal. Krisis kebudayaan modern justru karena
penyimpangannya dari prinsip-prinsip yang telah terbina oleh kedua ajaran
filsafat itu.
Filsafat dalam hubungannya dengan kebudayaan ialah
kenyataan bahwa ide-ide filsafat itu telah merubah pandangan manusia baik
terhadap nilai-nilai,.maupun praktek-praktek dalam bidang sosial, politik,
ekonomi, pendidikan, kebudayaan pada umumnya.
Esensialisme juga dalam rangka pembina kebudayaan yang
demokratis,memusatkan perhatian pada usaha membina kebebasan individu dalam
ekspresi dan organisasinya,mislnya dalam bidang
sosial-politik,keagamaan,science.
2.
Peranan
esensialisme sebagai pemeliharaan kebudayaan.
Esensialisme sebagai teori pendidikan dan kebudayaan
melihat kenyataan bahwa lembaga-lembaga dan praktek-praktek kebudayaan modern
telah gagal dalam banyak hal untuk memenuhi harapan zaman modern. Maka untuk
menyelamatkan manusia dan kebudayaan,harus di usahakan melalui pendidikan.
Fungsi pemeliharaan atas kebudayaan oleh esensialisme
ialah meliputi dua segi :
a.
Membina
sikap jiwa untuk menjunjung dan menyesuaikan diri terhadap hukum-hukum dan kebenaran yang di temukan
manusia di dalam alam kosmos,baik yang sudah mau pun yang akan datang.
b.
Karena
tiap hukum-hukum,prinsip-prinsip,aksioma-aksioma itu bersifat abstrak,maka ia
harus di fahami dalam konteks dengan kebudayan. Ia harus di dasari melalui
praktek-praktek lembaga-lembaga kebudayaan. Doktrin hak-hak alamiah adalah suatu
abstraksi hukum-hukum universal yang terlepas daripada unsur kebudayaan.
3.
Sifat
konservatif esensialisme
Sejarah tidak mngingkari nilai-nilai positif sumbangn
tokoh-tokoh esensialisme seperti Locke,Harris,Bagley,Thorndike dalam
pendidikan. Khususnya dalam membina kemampuan-kemampuan bagi keterampilan yang
produktif. Tetapi karena kebudayaan itu berubah,maka pendidikan harus mampu
membina pribadi yang secara inteligen sanggup menyesuaikan diri dengan
perubahan-perubahan itu. Prinsip esensialisme kembali kepada kebudayaan
silam,ini dapat di artikan sebagai satu sikap konservatif.
a.
Esensialisme
sebagai Cultural-Lag
Dengan usaha dan
prinsip kembali ke masa silam itu sebenarnya esensialisme telah tidak berusaha
meneruskan proses sejarah kebudayaan yang bersifat dinamis-progressif. Ini
berarti ia merupakan suatu Cultur-Lag,keterlambatan keterbelakangan kultural.
Ini bertentangan dengan proses perkembangan kebudayaan yang dinamis.
b.
Penafsiran
yang tidak tepat atas “social heritage”
Sikap memuja kepada
kebudayaan-kebudayaan atau social heritage itu termasuk pola sokongan
esensialisme atas cultural-tradisional. Sebab antara kedua istilah tidak
dipakai secara tepat dengan kritis.
Esensial adalah
suatu yang kekal,permanen dari suatu social-heritage dengan “tradition” dari
adat kebiasaan.
Pengertian yang
dimaksud dengan istilah esensialisme meliputi : kebijakan,kejujuran,sikap
hormat,mengerti kewajiban,pengabdian ,dan sebagainyayang ingin tetap di
bina melalui pendidikan.
BAB
IV
PENUTUP
Pada
bab ini, dipaparkan simpulan dan saran yang berkaitan dengan Aliran Filsafat
Esensialisme. Simpulan dan saran penulis sajikan sebagai berikut :
A.
Simpulan
Berdasarkan uraian
tentang Aliran Filsafat Esensialisme
dapat disimpulkan sebagai berikut :
Secara etimologi
esensialisme berasal dari bahasa Inggiris yakni essential (inti atau pokok dari
sesuatu), dan isme berarti aliran, mazhab atau paham.
1.
Ontologi Esensialisme:
Ontologi filsafat pendidikan idealisme menyatakan
bahwa kenyataan dan kebenaran itu pada hakikatnya adalah ide-ide atau hal-hal
yang berkualitas spiritual.
2.
Epistemologi Esensialisme:
Aspek epistemologi yang perlu diperhatikan halam
pendidikan adalah pengetahuan hendaknya bersifat ideal dan spiritual, yang
dapat menuntun kehidupan manusia pada kehidupan yang lebih mulia.
3.
Aksiologi Esensialisme:
Sedangkan dalam bidang aksiologi, faktor peserta
didik perlu dipandang sebagai agen yang ikut menentukan hakikat nilai.
Prinsip-prisinsip pendidikan esensialisme yaitu:
1.
pendidikan
harus dilakukan melalui usaha keras, tidak begitu saja timbul dari dalam diri
siswa,
2.
inisiatif
dalam pendidikan ditekankan pada guru, bukan pada peserta didik. Peranan guru
adalah menjembatani antara dunia orang dewasa dengan dunia anak. Guru disiapkan
secara khusus untuk melaksanakan tugas di atas, sehingga guru lebih berhak
untuk membimbing pertumbuhan peserta didiknya.
3.
Inti
proses pendidikan adalah asimilasi dari mata pelajaran yang telah ditentukan.
Kurikulum diorganisasi dan direncanakan dengan pasti oleh orang dewasa.
4.
Sekolah
harus mempertahankan motede-metode tradisional yang bertautan dengan disiplin
mental.
5.
Tujuan
akhir pendidikan adalah untuk meningkatkan kesejahteraan umum.
6.
Menghendaki pendidikan yang bersendikan atas
nilai-nilai yang tinggi, yang hakiki kedudukannya dalam kebudayaan
7.
Tentang
kurkulum, idealisme memandang hendaklah berpangkal pada landasan ideal dan
organisasi yang kuat.
B.
Saran
Menurut aliran
esensialisme, pendidikan haruslah berdasarkan kepada kebudayaan yang telah ada
sejak dahulu,tetapi bukan berarti tidak menerima perkembangan dan perubahan.
Pendidikan juga harus di lakukan dengan usaha yang keras dari berbagai pihak.
Setelah membaca makalah ini di harapkan kepada
kita semua agar lebih memahami tujuan sebenarnya dari aliran esensialisme di
bidang pendidikan,sehingga kita dapat menciptakan dunia pendidikan yang lebih
baik lagi.
DAFTAR
PUSTAKA
Poedjawijatna. 2002. Pembimbing Kearah Alam Filsafat.
Jakarta: Rineka Cipta
Salam,Baharudin. 2002. Pola Dasar Filsafat Moral.
Jakarta : Rineka Cipta
Zen,Zelhendri. 2009. Rangkuman Materi Filsafat
Pendidikan. Padang : UNP Press
Barnadib,Iman.1982. Filsafat Pendidikan.
Yogyakarta : FIP IKIP Yogyakarta
Syam,Muhammad Noor. 1988. Filsafat Kependidikan dan
Filsafat Kependidikan Pancasila. Surabaya : Usaha Nasional
Arbi,Zanti.1988.Pengantar Kepada Filsafat Pendidikan.
Jakarta :P2LPTK
|
Tidak ada komentar:
Posting Komentar