Selasa, 28 Februari 2012

PERKEMBANGAN INTELEKTUAL LANJUTAN


A. Klasifikasi Intelegensi

Pada periode remaja intelegensi berkembang semakin berkualitas dengan bertambahnya kemampaun remaja untuk menganalisisdan memikirkan hal-hal yang abstrak, akibatnya remaja makin kritis dan dapat berfikir dengan baik.Pikiran remaja sering dipengaruhi oleh teori-teori dan ide sehingga menimbulkan sikap kritis terhadap lingkungan.
Pendapat orang tua sering dibanding-bandingkan dengan teori yang diinternalisasi remaja, akibatnya sering terjadi pertentangan antara sikap kritis remaja dan aturan-aturan, adapt istiadat, kebiasaan dan norma-norma yang berlaku dilingkungan keluarga maupun dilingkungan masyarakat.
Sebagai akibat remaja telah mampu berpikir secara abstrak dan hipotesis, maka pola pikir remaja menunjukkan kekhususan sebagai berikut :
Timbul kesadaran berpikir tentang berbagai kemungkinan tentang dirinya.
Mulai memikirkan bayangan tentang dirinya pada masa yang akan dating.
Mampu memahami norma dan nilai-nilai yang berlaku dilingkungan.
Bersifat kritis terhadap berbagai masalah yang dihadapi.
Mampu menggunakan teori-teori dan ilmu pengetahuan yang dimiliki.
Dapat mengasimilasikan fakta-fakta baru dan fakta-fakta lainya.
Dapat membedakan mana yang penting dan mana yang tidak penting.
Mampu mengambil manfaat dari pengalaman.
Makin berkembangnya rasa toleransiterhadap orang lain yang berbeda pendapat.
Mulai mampu berfikir tentang masalah yang mulai konkrit, seperti pemilihan pekerjaan, kelanjutan studi dan perkawinan.
Mulai memiliki pertimbangan-pertimbangan yang rasional.

Taraf kecerdasan masing-masing individu tidak sama, ada yang rendah, sedang dan ada yang tergolong tinggi. Perbedaan itu telah ada sejak lahir, namun perkembangan selanjutnya dipengaruhi oleh lingkungan.
B . Karakteristik Perkembangan Intelek Remaja

Intelegensi pada remaja tidak mudah diukur karena tidak mudah terlihat perubahan kecepatan perkembangan kemampuan tersebut. Pada umumnya tiga sampai empat tahun pertama menunjukkan perkembangan kemampuan yang hebat, selanjutnya akan terjadi perkembangan yang teratur.
Pada masa remaja kemampuan untuk mengatasi masalah yang majemuk bertambah. Pada masa awal remaja, kira-kira pada usia 12 tahun, anak berada pada masa yang disebut " Masa oerasi formal" (berfikir abstrak). Pada masa ini remaja telah berfikir dengan mempertimbangkan hal yang mungkin; disamping hal yang nyata (riil) (Gliedmen, 1986 : 475-475)
Pada usia remaja ini anak sudah dapat berfikir abstrak dan hitotek. Dalam berfikir operasional formal, setidak-tidaknya mempunyai dua sifat yang penting, yaitu ; 1. Sifat deduktif hipotesis, 2. berfikir opersional juga berfikir kombinatoris.
1. Sifat Deduktif Hipotesis
Dalam menyelesaikan suatu masalah, seorang remaja akan mengawalinya dengan pemikiran teoritik. Yang menganalisis masalah dan mengajukan cara-cara penyelesaian hipotesis yang mungkin. Pada dasarnya pengajuan hipotesis itu menggunakan cara berfikir induktif disamping deduktif. Oleh sebab itu dari sifat analisis yang ia lakukan, ia dapat membuat strategi penyelesaian. Analisis teoritik ini dapat dilakukan secara verbal. Anak lalu mengajukan pendapat-pendapat atau prediksi tertentu, yang juga disebut proporsi-proporsi. Kemudian mencari hubungan antra proporsi Yang berbeda-beda tadi.Berhubungan itu maka berpikir operasional juga disebut proposisional.
2. Berpikir Operasional juga Berpikir Kombinatoris
Sifat ini merupakan kelengkapan sifat yang pertama dan berhubungan dengan cara melakukan analis. Misalnya anak diberi lima buah gelas berisi cairan tertentu. Anak yang berpikir operasional formal, lebih dahulu Suatu kombinasi cairan ini membuat cairan tadi berubah warna. Anak diminta untuk mencari kombinasi ini.
Secara teoritik membuat matriksnya mengenai segala macam kombinasi yang mungkin, secara sistematik mencoba mengisi setiap sel matriks tersebut secara empiris.Bila ia mencapai penyelesaian yang betul, mak ia juga akan segera dapat memproduksi.
Seorang remaja dengan kemampuan berpikir normal tetapi hidup dalam lingkungan atau kebudayaan yang tidak merangsang cara berpikir, misalnya tidak adanya kesempatan untuk menambah pengetahuan, pergi ke sekolah tetapi tidak adanya pasilitas yang dibutuhka,
maka remaja itu sampai dewasa pun tidak akan sampai pada taraf berpikir abstrak.
4. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi perkembangan Intelek
Dalam hubungannya dengan perkembangan intelegensi/kemampuan berpikir remaja, ada yang berpandanganbahwa adalah keliru jika IQ dianggap bisa ditingkatkan, yang walaupun perkembangan IQ dipengaruhi oleh faktor-faktor lingkungan. Menurut Andi Mappiare (1982: 80) hal-hal yang mempengaruhi perkembangan intelek itu antara lain:
1) Bertabahnya informasi yang disimpan(dalam otak)seseorang sehingga ia mampu berpikr reflektif.
2) Banyaknya pengalaman dan latihan-latihan memecahkan masalah sehingga seseorang bisa berpikir proporsional.
3) Adanya kebebasan berpikir,menimbulkan keberanian seseorang dalam menyusun hipotesis-hipotesis yang radikal, kebebasan menjajaki masalah secara keseluruhan, dan menunjang keberanian anak memecahkan masalahdan menarik kesimpulan yang baru dan benar.
Tiga kondisi di atas sesuai dengan dasar-dasar teori Piaget mengenai perkembangan intelegendi, yakni:
1)Fungsi intelegensi termasuk proses adaptasi yang bersifat biologis.
2) Berkembangnya usia menyebabkan berkembangnya struktur intelegensi baru, sehingga pengaruh pula terhadap terjadinya perubahan kualitatif.
Wechsler berpendapat bahwa keseluruhan intelegensi seseorang tidak dapat diukur. IQ adalah suatu nilai yang hanya dapat ditentukan secara kira-kira karena selalu dapat terjadi perubahan-perubahan berdasarkan faktor-faktor individual dan situasional.

C. Usaha Guru dan Orang Tua Membantu Perkembangan Intelektual Remaja

Sebagai mana telah dikemukakan sebelumnya, bahwa potensi intelektual tidak dapat berkembang dengan sempurna tanpa mendapatkan perlakuan dari lingkungan. Oleh karena itu keluarga dan sekolah mempunyai peran yang sangat penting dalam mengembangkan kecerdasan anak. Yang dapat dilakukan antara lain :
Dalam proses belajar mengajar hendaknya orang tua atau guru lebih mengutamakan proses dari pada hasil. Misalkan dalam memberikan pertanyaan kepada peserta didik tidak mengutamakan betul atau salah jawabannya semata, tetapi yang lebih penting dihargai adalah keberaniaanya untuk mengemukakan pendapat.
 Menggunakan metode pembelajaran yang dapat megembangkan kemampaun berfikir. Misalnya metode penemuan (inquiri), diskusi dan sejenisnya.
 Guru membantu siswa dalam konsep-konsep yang bersifat abstrak.
 Menyediakan fasilitas yang memadai untuk menumbuh kembangkan taraf kecerdasan anak, misalnya bahan bacaan, peralatan labor, permanian dan sebagainya.
 Memberikan tugas sekolah dengan berbagai macam metode yang dapat meransang dan mengembangkan daya pikir.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar