A.
Teori
pembelajaran piaget
Menurut piaget, anak SD umumnya berada pada periode
operasi konkret. Periode ini di sebut operasi konkret sebab berpikir logikanya
berdasarkan pada manipulasi fisik objek-objek konkret. Artinya untuk berpikir
abstarak masih membutuhkan bantuan memanipulasi objek-objek konkret atau
pengalaman-pengalaman yang langsung dialaminya.
Piaget menekankan bahwa proses belajar merupakan
proses asimilasi dan akomodasi. Asimilasi adalah proses mendapatkan informasi
dan pengalaman baru yang langsung menyatu dengan struktur mental yang sudah
dimiliki seseorang. Adapun akomodasi adalah proses menstruktur kembali mental
sebagai akibat adnya informasi dan pengalaman baru. Artinya, pada proses
akomodasi terjadi perubahan pikiran sebagai suatu akibat adanya informasi dan
pengalaman baru sehingga mereka secara aktif mencoba.
Misalnya untuk memahami suatu konsep matematika,
anak memerlukan bantuan memanipulasi benda-benda konkret yang relefan sebagai
pengalaman langsung. Contoh untuk memahami konsep penjumlahan bilangan cacah 3 +
2 anak perlu mengalami menggabungkan kelompok 3 benda dengan kelompok 2 benda
menjadi kelompok baru 3 + 2 = 5
Gabungan dari 2 kelompok menjadi kelompok baru
Menurut Piaget perkembangan belajar
matematika anak melalui 4 tahap :
1.
Tahap konkret : misal anak melihat 2 buah balon untuk memahami bilangan 2.
2. Tahap semi konkret :
dengan melihat gambar 2 buah balon anak
mampu memahami bilangan 2.
Gambar 2 buah balon
3. Tahap semi abstrak :
dengan melihat 2 tanda, anak mampu memahami bilangan 2.
4. Tahap abstrak : dengan melihat angka2
atau mendengar “dua”, anak sudah mampu memahami bilangan 2.
B.
Teori
pembelajaran Jerome S.Bruner
Menurut Bruner belajar bermakna
hanya dapat terjadi melalui belajar penemuan. Pengetahuan yang diperoleh
melalui belajar penemuan bertahan lama, dan mempunyai efek transfer yang lebih
baik. Belajar penemuan meningkatkan penalaran dan kemampuan berfikir secara
bebas dan melatih keterampilan-keterampilan kognitif untuk menemukan dan
memecahkan masalah.
Bruner melukiskan anak-anak
berkembang melalui tiga tahap perkembangan mental, yaitu:
1) Tahap enaktif
Pada tahap ini, dalam belajr anak didik
menggunakan atau memanipulasi objek-objek konkrit secara langsung.misalnya
untuk memahami konsep operasi pengurangan bilangan cacah 5-3, anak memerlukan
pengalaman mengambil / membuang 3 benda dari sekelompok 5 benda.
2) Tahap ikonik
Pada tahap
ini kegiatan anak didik mulai menyangkut menyal yang merupakan gambaran dari
objek-objek konkrit. Anak didik tidak memanipulasi langsung objek-objek konkrit
seperti pada taha enaktif, melainkan sudah
dapat memanipulasi dengan memakai gambaran dari objek-objek yang dimaksud. . Misalnya sebuah segitiga
menyatakan konsep kesegitigaan.
3) Tahap simbolik
Pada tahap ini merupakan tahap
memanipulasi symbol-simbol secara langsung dan tidak lagi ada kaitannya dengan
objek-objek.
Untuk
lebih memperjelas tahapan belajar matematika menurut bruner, dapat melihat
contoh tahapan anak dala memahami konsep pengurangan bilangan cacah 5 - 3
berikut ini gambarnya:
Tahap enaktif → anak
membuang (mengambil ) 3 pensil dari sekelompok 5 pensil ,lalu menghitung
sisanya.
Tahap ikonik →
Tahap simbolik
→ 5 – 3 = 2
Tiga tahapan anak belajar konsep pengurangan menurut bruner
Berdasarkan
hasil-hasil eksperimen dan observasi yang dilakukan oleh Bruner pada tahun 1963
mengemukakan empat teorema /dalil-dalil berkaitan dengan pengajaran matematika
yang masing-masing disebut “teorema atau dalil” .Keempat dalil tersebut
adalah :
a. Dalil
Konstruksi / Penyusunan ( Contruction theorem)
menurut dalil ini siswa
selalu ingin mempunyai kemampuan menguasai definisi,teorema,konsep dan
kemempuan matematis lainnya. Oleh karena itu siswa hendaknya dilatih untuk
melakukan penyusunan representasinya. Untuk menguasai suatu konsep matematis
hendaknya siswa mencoba dan melakukan sendiri kegiatan yang mengacu pada
perumusan dan penyusunan konsep tersebut. Jika dalam perumusan dan penyusunan
tersebut disertai bantuan objek-objek konkret, maka anak lebih mudah untuk
memahaminya, fan ide/konsep tersebut lebih tahan lama dalam ingatannya. Untuk
itu dalam pembelajaran konsep matematis, guru hendaknya benar-benar member
kesempatan anak untuk melaksanakan tahap enaktif.
b. Dalil
Notasi (Notation Theorem)
dalil notasi menyatakan
bahwa dalam penyajian konsep matematis, notasi memegang peranan yang sangat
penting. Penggunaan notasi dalam menyatakan konsep matematis tertentu harus di
sesuaikan dengan tahap perkembangan anak didik. Misalnya notasi untuk
menyatakan funsi f(x) = x + 3, untuk anak SD dapat di gunakan + = ∆ + 3,
sedangkan bagi anak sekolah lebih lanjut (SLTP) dapat digunakan {(x,y) │y = x +
3 }.
c. Dalil
Kekontrasan dan Variasi ( Contras and Variation Theorem)
menurut hasil penilitian
brunner, pengkontrasan dan keanekaragaman sangat penting dalam melakukan
penambahan konsep matematika dari konsep konkret menjadi konsep yang lebih
abstrak. Untuk melakukan itu diperlukan banyak contoh dan beranekaragam.
Sehingga anak memahami karakteristik konsep yang dipelajari contoh-contoh yang
diberikan hendaknya memenuhi rumusan konsep yang sedang dipeljari. Untuk dapat
lebih memahami karakteristik konsep juga diperlukan contoh yang tidak memenuhi
rumusan konsep misalnya untuk memenuhi konsep bilangan dua (2) diberi kegiatan
membuat kelompok benda-benda yang beranggotakan dua. Selain itu juga diberi
kegiatan membuat kelompok benda yang anggotanya tidak dua untuk l,ebih memahami
konsep bilangan dua atau memilih kelompok-kelompok mana yang merupakan kelompok
dua benda dan kelompok-kelompok mana yang bukan kelompok dua benda. Berikut ini
contoh. :
Berilah tanda centang pada kelompok 2 benda dan tanda silang pada
kelompok yang bukan dua benda !
d.
Dalil Konektivitas dan Pengaitan (Conectivity Theorem)
dalil pengaitan
menyatakan bahwa antara konsep yang satu dengan yang lain mempunyai kaitan yang
erat baik dari segi isi maupun dari segi penggunaan rumus-rumus.materi yang
satu merupakan prasyarat bagi materi yang lain, atau suatu konsep digunakan
untuk menjelaskan konsep yang lain. Misalnya rumus luas jajarangenjang
merupakan materi prasyarat untuk penemuan rumus luas segitiga yang diturunkan
dari rumus luas jajrangenjang .dengan pendekatan inutuituf-deduktif, rumus isi
tabung dipelukan untuk menemukan rumus isi kerucut.untuk itu diperlukan alat
peraga model sebuah tabung tanpa tutup dan sebuah kerucut tanpa bidang alas yang
terbuat dari mika atau karton, dengan syarat tinggi tabung sama dengan tinggi
kerucut dan jari-jari alas tabung sama dengan jari-jari alas kerucut dan pasir.
Model tabung tanpa tutup dan model
kerucut tanpa alas yang sama tinggi dan sama jari-jari lingkaran alasnya.
Kegiatan
yang diberikan kepada anak adalah dengan menggunakan pasir anak mengukur isi
tabung dengan takaran kerucut. Anak akan mendapatkan bahwa untuk mengisi tabung
dengan pasir hingga penuh dengan memakai takaran kerucut. Diperlukan 3 kali
menuangkan pasir dari kerucut yag penuh pasir kedalam tabung, secara intuitif
anak dapat mengerti bahwa isi tabung = 3 x isi isi kerucut. Kemudian dengan
penalaran deduktif anak diajak menurunkan rumus isi kerucut dari isi tabung.
Dari percobaan diperoleh isi tabung = 3 x isi
kerucut atau isi kerucut = x isi tabung
Karena isi tabung t.maka isi kerucut t
C.
Teori
pembelajaran Zoltan P. Dienes
Menurut dienes permaina matematika
sangat penting sebab operasi matematika dalam permainan tersebut menunjukan
pengertian matematika pada anak didik. Dapat dikatakan bahwa objek-objek
konkret dalam bentuk permainan mempunyai peranan sangat penting dalam
pembelajaran matematika jika dimanipulasi dengan baik.menurut dienes
konsep-konsep matematika akan berhasil jika dipelajari dalm tahap-tahap
tertentu , dienes membagi tahap-tahap belajar menjadi 6 tahap, yaitu:
1.
Permainan bebas (free play)
Permainan
bebas merupakan tahap belajar konsep yang aktifitasnya tidak berstruktur dan
tidak diarahkan . anak didik diberi kebebasan untuk mengatur benda . selam
permainan pengetahuan anak muncul.dalam tahap ini anak mulai belajar membentuk
struktur mental dan struktur sikap dalm mempersiapkan diri untuk memahami
konsep.misalkan dengan diberi permainan
block logic,anak didik mulai mempelajari konsep-konsep abstrak tentang warna
,tebal tipisnya benda,yang merupakan cirri/sifat dari benda yang
dimanipulasinya.berikut gambar block logic:
2.
Permainan yang disertai aturan (games)
Menurut dienes ,
untuk membuat konsep abstrak ,anak didik memelukan suatu kegiatan untuk
mengumpulkan bermacam-macam pengalaman , dan kegiatan untuk menolak yang tidak
relevan dengan pengalaman itu.contoh dengan permaian block logic, anak diberi
kegitan untuk membentuk kelompok bangun yang tipis atau yang berwarna merah,
kemudian membentuk kelompok benda berbentuk segitiga, atau yang tebal dan
sebagainya.dalam membentuk kelompok bangun yang tipis atau ynag merah , timbul
pengalaman terhadap konsep tipis atau merah , serta timbul penolakan terhadap
bangun yang tidak tipis (tebal),atau tidak merah (biru,kuning.hijau).
3.
Permainan Kesamaan Sifat (Searching for communalities)
Dalam mencari kesamaan sifat siswa
mulai diarahkan dalam kegiatan menemukan sifat-sifat kesamaan dalam permainan
yang sedang diikuti. Untuk melatih dalam mencari kesamaan sifat-sifat ini, guru
perlu mengarahkan mereka dengan menstranslasikan kesamaan struktur dari bentuk
permainan lain. Translasi ini tentu tidak boleh mengubah sifat-sifat abstrak
yang ada dalam permainan semula. Contoh kegiatan yang diberikan dengan
permainan block logic, anak dihadapkan pada kelompok persegi dan persegi
panjang yang tebal, anak diminta mengidentifikasi sifat-sifat yang sama dari
benda-benda dalam kelompok tersebut (anggota kelompok).
4. Permainan Representasi
(Representation)
Representasi adalah tahap pengambilan sifat
dari beberapa situasi yang sejenis.
Para siswa menentukan representasi dari konsep-konsep tertentu. Setelah
mereka berhasil menyimpulkan kesamaan sifat yang terdapat dalam situasi-situasi
yang dihadapinya itu. Representasi yang diperoleh ini bersifat abstrak, Dengan
demikian telah mengarah pada pengertian struktur matematika yang sifatnya
abstrak yang terdapat dalam konsep yang sedang dipelajari. Contoh kegiatan anak
untuk menemukan banyaknya diagonal poligon (misal segi dua puluh tiga) dengan
pendekatan induktif seperti berikut ini.
|
||||||||||||||||
|
||||||||||||||||
|
|
|||||||||||||||
?
2
diagonal 5 diagonal … diagonal …diagonal
5.
Permainan dengan Simbolisasi (Symbolization)
Simbolisasi termasuk tahap belajar konsep
yang membutuhkan kemampuan merumuskan representasi dari setiap konsep-konsep
dengan menggunakan simbol matematika atau melalui perumusan verbal. Sebagai
contoh, dari kegiatan mencari banyaknya diagonal dengan pendekatan induktif
tersebut, kegiatan berikutnya menentukan rumus banyaknya diagonal suatu poligon
yang digeneralisasikan dari pola yang didapat anak.
Banyak
segi
|
3
|
4
|
5
|
6
|
…
|
n
|
Banyak
diagonal
|
3 ( 3 – 3) = 0
|
( 4 – 3 ) = 2
|
5 ( 5 – 3 ) = 5
|
6 ( 6 – 3 ) = 9
|
…..
|
n ( n – 3 )
|
6.
Formalisasi (formalization)
tahap ini adalah tahap belajar konsep yang
terakhir .dalam tahap ini ,anak didik di tuntut untuk menurunkan sifat-sifat
konsep dan kemudian merumuskan sifat-sifat baru rumus tersebut , contohnya anak
didik yang telah mengenal dasar-dasar matematika seperti siokma ,harus mampu
merumuskan suatu teorema berdasarkan aksioma, dalam arti membuktikan teorema
tersebut.karso(1999:1.2)menyatakan .pada tahap formalisasi anak tidak hanya
mampu merumuskan teorema serta membuktikan nya secara deduktif.tetapi mereka
sudah mempunyai pengetahuan tentang system yang berlaku dari pemahaman
konsep-konsep yang terlihat satu sama lainnya.misalnya bilangan bulat dengan
perasi penjumlahan beserta sifat-sifat tertutup .komutatif,asosiatif,,adanya
elemen identitas ,dan mempunyai elemen invers membentuk sebuah sisitem
matematika.
Dienea
berpendapat bahwa materi harus dinyatakan dalam berbagai penyajian sehingga
anak-anak dapat bermain dengan bermacam-macam material yang dapat
mengembangakan minat anak didikberbagai penyajian materi dapat mempermudah
proses pengklasifikasian abstrak konsep.
Menurut
dienes memotivasi anak didik untuk mengabstrakkan pelajaran tanpa material
konkret dengan gambar yang sederhana , grafik, peta dan akhirnya memadukan
symbol-simbol dengan konsep tersebut.langkah ini merupakna suatu cara untuk
memberi kesempatan kepada anak didik ikut berpartisipasi dalam prosespenemuan
dan formalisasi melalui percobaan matematika.
D.
Teori
pembelajaran brownell
Menurut William brownell,pada
hakikatnya belajar merupakan suatu proses yang bermakna (meaning
theory).menurut teori makna , anak harus memahami makna dari topic yang sedang dipelajari,memahami
symbol tertulis dan apa yang diucapkan ,memperbanyak latihan (drill)merupakan
jalan yang efektif .tetapi latihan-latihan yang dilakukan haruslah didahului
dengan pemahaman makna yang tepat .
Brownell
mengemukakan mendemontrasikan operasi-operasi hitung secar otomatis dan mekanis tidaklah cukup. Tujuan utama dari
pembelajaran aritmetika adlah untuk mengembangkan kemampuan berfikir dalam
situasi kuantitatif. Oleh karena itu pembelajaran aritmetika di SD harus
membahas tentang pentingnya(significane)dan makna (meaning)dari bilngan.
Pentingnya bilangan (significane of number)bersifat fungsional atau dengan kata
lain penting dalam kehidupan social manusia. Dalam kehidupan sehari-hari manusia
tidak terlepas dari bilangan, misalnya nilai uang dapat dilihat dari lambang
bilangan yang tertera pada uang tersebut, untuk itu diperlukan bilangan. Untuk
menghitung dan mencatat banyaknya ternak yang dimiliki,pemilik ternak tersebut
memrlukan bilangan pula. Sedangkan makna bilangan (meaning of number)bersifat
intelektual, yaitu bersifat matematis sebagi suatu sistem kuantitatif. Misalnya
pemahaman terhadap konsep bilangan
cacah,konsep suatu operasi bilangan ,sifat-sifat operasi bilangan, dan
sebagainya. Contoh nilai uang dapat
dilihat dari lambang bilangan yang tertera pada uang tersebut.
3 tahap belajar menurut Brownell :
1. Memahami makna dari topic
2. Menggunakan symbol
3. Memahami topic tanpa mengaitkan dengan symbol.
E.
Teori
pembelajaran Richard skemp
Richard skemp adalah seorang ahli
matematika dan psikologi yang berasal dari inggris . Menurut Richard skemp
,belajar terpisah menjadi dua tahap:
Tahap pertama dengan memanipulasi benda –benda akan
memberikan bagi siswa dengan objek-objek
fisik selama tahap –tahap awal mempelajari konsep. Pengalaman awal ini akan
membentuk dasar bagi belajar berikutnya yaitu pada tingkat yang abstrak atau disebut tahap kedua .misalkan kita akan
mengenal salah satu sifat perkalian, yaitu: 3 x 5 = 5 x 3
|
||||
3 x 5
|
||||
|
F.
Teori
belajar Robert M. gagne
Gagne
lebih peduli terhadap hasil belajar ketimbang proses belajar, bagi Robert M.
gapne, tujuan pembelajaran perolehan kemampuan-kemampuan telah dideskripsikan
secara khusus dan dinyatakan dalam istilah-istilah tingkah laku menurut Robert
M.gapne, kemampuan adalah kecakapan
untuk melakukan suatu tugas dalam kondisi yang telah di tentukan. Sebagai
contoh, kemampuan menjumlahkan bilangan bulat dan kemampuan membagi bilangan
asli. Gagne mengemukakan bahwa belajar
adalah perubahan yang terjadi dalam kemampuan manusia yang terjadi setelah
belajar secara terus-menerus, bukan hanya disebabkan oleh pertumbuhan saja.
Belajar terjadi apabila suatu situasi stimulus bersama dengan isi ingatannya
mempengaruhi siswa sedemikian rupa sehingga perbuatannya berubah dari sebelum
ia mengalami situasi dengan setelah mengalami situasi tadi.
Menurut Gagne belajar matematika terdiri dari objek langsung
dan objek tak langsung. objek tak langsung antara lain kemampuan menyelidiki,
kemampuan memecahkan masalah, ketekunan, ketelitian, disiplin diri, bersikap
positif terhadap matematika. Sedangkan objek tak langsung berupa fakta,
keterampilan, konsep, dan prinsip.
Fakta adalah konvensi (kesepakatan) dalam matematika
seperti simbol-simbol matematika. Fakta bahwa 2 adalah simbol untuk kata ”dua”,
simbol untuk operasi penjumlahan adalah ”+” dan sinus suatu nama yang diberikan
untuk suatu fungsi trigonometri. Fakta dipelajari dengan cara menghafal, drill,
latiahan, dan permainan.
Keterampilan(Skill) adalah suatu prosedur atau aturan
untuk mendapatkan atau memperoleh suatu hasil tertentu. contohnya, keterampilan
melakukan pembagian bilangan yang cukup besar , seperti 25 ÷ 5. menjumlahkan pecahan dan perkalian pecahan decimal,
misalnya ⅓ + ⅔ . Para siswa dinyatakan telah memperoleh keterampilan jika ia telah dapat menggunakan prosedur atau
aturan yang ada dengan cepat dan tepat.keterampilan menunjukkan kemampuan
memberikan jawaban dengan cepat dan tepat.
Konsep adalah ide abstrak yang memungkinkan seseorang untuk
mengelompokkan suatu objek dan menerangkan apakah objek tersebut merupakan
contoh atau bukan contoh dari ide abstrak tersebut. Contoh konsep himpunan,
segitiga, kubus, lingkaran. siswa dikatakan telah mempelajari suatu
konsep jika ia telah dapat membedakan contoh dan bukan contoh. untuk sampai ke
tingkat tersebut, siswa harus dapat menunjukkan atribut atau sifat-sifat khusus
dari objek yang termasuk contoh dan yang bukan contoh.
Prinsip adalah pernyataan yang memuat hubungan antara dua
konsep atau lebih. Prinsip merupakan yang paling abstrak dari objek matematika
yang berupa sifat atau teorema. Contohnya, teorema Pytagoras yaitu
kuadrat hipotenusa pada segitiga siku-siku sama dengan jumlah kuadrat dari dua
sisi yang lain. Untuk mengerti teorema Pytagoras harus mengetahui konsep
segitiga siku-siku, sudut dan sisi. Seorang siswa dinyatakan telah memahami
prinsip jika ia dapat mengingat aturan, rumus, atau teorema yang ada; dapat
mengenal dan memahami konsep-konsep yang ada pada prinsip tersebut; serta dapat
menggunakannya pada situasi yang tepat.
Menurut Gagne belajar melalui empat fase utama yaitu:
- Fase pengenalan (apprehending phase). Pada fase ini siswa memperhatikan stimulus tertentu kemudian menangkap artinya dan memahami stimulus tersebut untuk kemudian ditafsirkan sendiri dengan berbagai cara. ini berarti bahwa belajar adalah suatu proses yang unik pada tiap siswa, dan sebagai akibatnya setiap siswa bertanggung jawab terhadap belajarnya karena cara yang unik yang dia terima pada situasi belajar. Contoh : Ketika melihat gambar persegi dan dan persegi panjang memungkinkan siswa menafsirkannya belah ketupat dan jajargenjang tersebut hanya segiempat.
- Fase perolehan (acqusition phase). Pada fase ini siswa memperoleh pengetahuan baru dengan menghubungkan informasi yang diterima dengan pengetahuan sebelumya. Dengan kata lain pada fase ini siswa membentuk asosiasi-asosiasi antara informasi baru dan informasi lama. Contoh:melalui informasi yang diterima siswa dari guru, siswa mengetahui bahwa segi empat yang sisi nya sama panjang disebut persegi dan yang dua sisinya lebih panjang disebut persegi panjang
- Fase penyimpanan (storage phase). Fase storage/retensi adalah fase penyimpanan informasi, ada informasi yang disimpan dalam jangka pendek ada yang dalam jangka panjang, melalui pengulangan informasi dalam memori jangka pendek dapat dipindahkan ke memori jangka panjang. Contoh:dengan adanya pengetahuan sisiwa tentang persegi dan persegi panjang, maka siswa mampu mendapatkan rumus-rumus yang berlaku pada persegi dan persegi panjang tersebut. Siswa mengetahui bahwa
Rumus luas persegi panjang = panjang x lebar
Rumus luas persegi = sisi x sisi
- Fase pemanggilan (retrieval phase). Fase Retrieval/Recall, adalah fase mengingat kembali atau memanggil kembali informasi yang ada dalam memori. Kadang-kadang dapat saja informasi itu hilang dalam memori atau kehilangan hubungan dengan memori jangka panjang. Untuk lebih daya ingat maka perlu informasi yang baru dan yang lama disusun secara terorganisasi, diatur dengan baik atas pengelompokan-pengelompokan menjadi katagori, konsep sehingga lebih mudah dipanggil.contoh: saat siswa akan menemukan rumus luas kubus maka siswa dapat menarik kembali ingatannya tentang rumus luas persegi. Karena rumus luas suatu bangun kubus = panjang x lebar x tinggi. karena sisinya berupa persegi, maka memungkinkan siswa mendapatkan rumus luas kubus = sisi x sisi x sisi
|
Keempat fase belajar manusia ini
telah disatukan menyerupai model sistem komputer,
meskipun sedikit lebih kompleks
daripada yang ada pada manusia. komputer menangkap rangsangan listrik dari
pengguna komputer, memperoleh stimulus dalam central processing unit, menyimpan
informasi dalam stimulus pada salah satu bagian memori, dan mendapatkan
kembali informasi pada penyimpanannya. jika siswa mempelajari prosedur
menentukan nilai pendekatan akar kuadrat dari bilangan yang bukan kuadrat
sempurna, mereka harus memahami metode, memperoleh metode, menyimpan di dalam
memori, dan memanggil kembali ketika dibutuhkan. untuk membantu siswa melangkah
maju melalui empat tahap dalam mempelajari algoritma akar kuadrat, guru
menimbulkan pemahaman dengan mengerjakan suatu contoh pada papan tulis,
memudahkan akusisi setelah setiap siswa mengerjakan contoh dengan mengikutinya,
langkah demi langkah, daftar petunjuk, membantu penyimpanan dengan memberikan
soal-soal untuk pekerjaan rumah, dan memunculkan pemanggilan kembali dengan
memberikan kuis pada hari berikutnya.
Kemudian
ada fase-fase lain yang dianggap tidak utama, yaitu fase motivasi sebelum pelajaran
dimulai guru memberikan motivasi kepada siswa untuk belajar, fase generalisasi
adalah fase transer informasi, pada situasi-situasi baru, agar lebih
meningkatkan daya ingat, siswa dapat diminta mengaplikasikan sesuatu dengan
informasi baru tersebut. Fase penampilan adalah fase dimana siswa harus
memperlihatkan sesuatu penampilan yang nampak setelah mempelajari sesuatu.
G.
Teori
belajar Van Hiele
Menurut Van Hiele, ada 3 unsur utama
dalam pengajaran geometri, yaitu waktu, materi pengajaran, dan metode
pengajaran yang di terapkan. Contoh,memahami konsep dalam rumus keliling
persegi panjang. Van Hiele juga menyatakan ada lima tahap belajar anak didik
dalam belajar geometri, yaitu :
1. Tahap pengenalan
Dalam tahap ini anak didik mulai
belajar mengenal sutu bentuk geometri secara keseluruhan, namun belum mampu
mengetahui adanya sifat-sifat dari bentuk geometri yang dilihatnya itu. Contoh, jika pada seorang anak diperlihatkan
sebuah persegi panjang, ia belum mengentahui sifat-sifat atau keteraturan yang
dimilikimoleh persegi panjang itu.
Tahap
pengenalan ini dapat dilakukan dengan cara memperlihatkan model-model persegi
panjang dengan ukuran yang berbeda sehingga anak mengetahui bentuk persegi
panjang.
Gambar 3 buah persegi panjang dengan ukuran yang
berbeda.
2.
Tahap analitis
Pada tahap ini anak sudah mulai
mengenal sifat-sifat yang dimiliki benda geometri yang diamati. Misalnya, saat mengamati
kubus ia telah mengetahui bahwa pada kubus terdapat 6 sisi berbentuk persegi
yang sama, 12 rusuk yang sama panjang, ada 8 titik sudut, dan sebagainya.
|
||||
|
3. Tahap pengurutan
Pada tahap ini anak didik mulai mampu menarik kesimpulan.
Misalnya, ia sudah mengetahui persegi adalah jajaran genjang, bahwa belah
ketupat adalah laying-layang. Pola berikir anak didik pada tahap ini masih
belum mampu menerangkan mengapa diagonal suatu persegi panjang itu sama
panjang.
|
4. Tahap deduksi
Dalam
tahap ini anak didik sudah mampu menarik kesimpulan dari hal-hal yang bersifat
umum menuju hal-hal yang bersifat khusus. Misalnya, untuk menentukan keliling
persegi panjang, dapat digunakan rumus keliling = P + L + P + L = 2 (P + L )
|
||||||||||
|
||||||||||
|
5.
Tahap akurasi
Tahap
ini merupakan tahap pembuktian. Misalnya, menentukan rumus keliling persegi
panjang dapat di buktikan dengan :
·
Memperlihatkan kepada anak didik sebuah
kolam berbentuk persegi panjang.
·
Kemudian menyuruh anak menghitung ukuran
kolam dimulai dengan sisi lebar, kemudian sisi panjang. Lalu hasilnya
dikalikan. Maka dari praktek itu dapat diketahui bahwa rumus luas persegi
panjang adalah P x L.
·
Selanjutnya, hitunglah kedua sisi panjang
dan kedua sisi lebar kolam tersebut dengan cara mengelilinginya. Dan secara
tidak langsung anak didik tersebut sedang menghitung keliling persegi panjang.
Sehingga terbuktilah bahwa rumus keliling persegi panjang adalah Keliling = 2 (
P + L )
Persamaan dan Perbedaan Teri-Teori
Persamaan
Dalam
pengaplikasian teori, para ahli sama-sama menggunakan benda konkret.
Perbedaan
§ Menurut
piaget, anak SD umumnya berada pada periode operasi konkret.
§ Piaget
menekankan bahwa proses belajar merupakan proses asimilasi dan akomodasi.
§ Menurut
Bruner belajar bermakna hanya dapat terjadi melalui belajar penemuan.
§ Menurut
dienes permainan matematika sangat penting .
§ Menurut
William brownell,pada hakikatnya belajar merupakan suatu proses yang bermakna
(meaning theory)
§ Menurut
Richard skemp ,belajar terpisah menjadi dua tahap:
ü Tahap
pertama dengan memanipulasi benda –benda .
ü Tahap
kedua pada tingkat yang abstrak.
·
Menurut Gagne belajar matematika terdiri
dari objek langsung dan objek tak langsung.
·
Menurut Van Hiele, ada 3 unsur utama
dalam pengajaran geometri, yaitu waktu, materi pengajaran, dan metode
pengajaran yang di terapkan
Daftar Rujukan
Hadoyo, H. 1988.
Mengajar belajar matematika. Jakarta: Depdibud Ditjen Dikti Proyek Pengembangan Lembaga Pendidikan Tenaga
Kependidikan.
blognya bagus tapi di seting baik" dulu slnya masih kurang betull ...:)
BalasHapusGood
BalasHapus