Selasa, 28 Februari 2012

PERSPEKTIF GLOBAL DILIHAT DARI SUDUT ILMU SEJARAH


A.    Pengertian
Perspektif global adalah suatu cara pandang dan cara berfikir terhadap suatu masalah, kejadian, atau kegiatan dari sudut kepentingan global, yaitu dari sisi kepentingan dunia tau internasional. Oleh karena itu, sikap dan perbuatan kita juga diarahkan untukkepentingan global.
Sejarah adalah ilmu yang menyelidiki kegiatan manusia dalam masyarakat pada masa lampau didalam hubungan sebab akibat dan perkembangannnya dalam waktu dan tempat yang bersifat unik, dan yang mempunyai arti yang bersifat sosial.adapunkonsep-konsep dalam ilmu sejarah adalah perubahan dan kesinambungan, sebab akibat (kausalitas), kronologi, objektif, evolusi, revolusi, nasionalisme, internasionalisme, peradaban, konflik, tradisi, kreativitas kebudayaan, humanisme dan sebagainya.
      Dalam pengertian unit sejarah, sebagai suatu kesatuan kajian, sejarah memiliki tiga unit kajian sejarah yaitu :
1.      Sejarah lokal
Sejarah lokal adalah proses perkembangan keaktifan kemanusiaan didaerah atau lokalitas tertentu atau lingkungan sekitar.
2.      Sejarah nasional
Sejarah nasional adalah sebagai unit sejarah yang mengkaji negara nasional sebagai suatu unit kajian yang merupakan satu kesatuan nyata dan lazim dipelajari sendiri.
3.      Sejarah dunia
Sejarah dunia adalah pengkajian dari bangsa-bangsa atau negara-negara didunia.
Perspektif global dari sudut sejarah dapat dilihat dalam peristiwa sejarah pada rentang waktu yang panjang. Apabila kita kaji sesuai dengan konsep-konsep ilmu sejarah, maka dari peristiwa sejarah yang terjadi pada tingkat lokal dapat berkembang dari tingkat nasional, dan pada tingakat nasional dapat pula berkembang menjadiper istiwa dunia globalisasi kewilayah lain. Dengan demikian, maka terjadilah pergerakanpenduduk, tidak hanya pada lingkup wilayah berdekatan dengan tempat tinggalnya, tetapi bisa terjadi pada lingkup nasional, bahkan tingkat nasiona serta global.
Contohnya saja pada peristiwa ditemukannya mesin uap oleh James Watt pada awalnya merupakan peristiwa sejarah lokal,kemudian pada perkembangan selanjutnya mesin uap menjadi dasar dari lahirnya revolusi industri di Inggris. Lahirnya revolusi di Inggris merupakan peristiwa sejarah yang bersifat nasional. Dengan adanya revolusiindustri, timbul masalah baru yakni diperlukannya bahan baku, daerah pemasaran dan penanaman modal.  Kebutuhan akan bahan baku, daerah pemasaran dan penanaman modal, mendorong penguasaan terhadap daeraeh Asia dan Afrika, karena daerah yang cocok untuk itu adalah Asia dan Afrika, sehingga menimbulkanp enjajahan di Asia dan di Afrika. Peristiwa penjajahan di Asia dan di Afrika merupakan peristiwas ejarah yang bersifat dunia atau global. Dengan demikian kala kita menggunakan konsep sebab akibat, dapat digambarkan secara kronologi sebagai berikut : ditemukannya mesin uap (sejarah lokal), mendorong lahirnya revolusi di Inggris ( nasional). Lahirnya revolusi industri mendorong penjajahan di Asia Afrika ( sejarah dunia / global).

B.     Perspektif Global dari Visi Sejarah
Telah diungkapkan oleh Emmanuel Kant pada abad XVIII bahwa sejarah dan geografi merupakan ilmu Dwitunggal, artinya jika sejarah mempertanyakan suatu peristiwa itu “ kapan” terjadinya. Dalam hal ini, dimensi waktu dengan ruang saling melengkapi. Dengan dipertanyakan waktu dan tempatnya maka karakter peristiwa itu menjadi jelas adanya.
Dapat digambarkan bahwa perspektif sejarah mengacu pada konsep waktu, atau dengan kata lain, perspektif sejarah itu sama dengan perspektif waktu, terutama waktu yang sudah lampau. Perspektif sejarah suatu peristiwa, membawa citra tentang suatu pengalaman masa lampau yang dapat dikaji hari ini, untuk memprediksi kejadian-kejadian yang akan datang. Selanjutnya, perspektif global dari sudut pandang sejarah tentang tokoh-tokoh, bangunan-bangunan, perang, pertemuan internasional dan peristiwa-peristiwa bersejarah yang memiliki dampak luas terhadap tatanan kehidupan global, dapat dimunculkan dalam pendidikan sebagai acuan transforasi budaya serta pengembangan kualitas Sumber Daya Manusia (SDM) generasi muda untuk memasuki kehidupan global di hadapannya.
Kita tentu sangat mengenal tokoh-tokoh agama, para nabi, dan rasulyang tidak hanya berpengaruh terhadap umatnya pada saat mereka masih hidup dikawasan lingkungannya masa itum melainkan tetap menjadi pola prilaku dan teladan secara global sampai saat ini. Tokoh sejarah, bahkan tokoh dunia yang demikian itu, menjadi sorotan perspektif global, bukan hanya dari sudut pandang sejarah,melainkan juga dari sudut pandang ilmu-ilmu lainnya.
Bangunan-bangunan bersejarah seperti Ka’bah dan Masjidil Haram di Mekkah, Piramida di Mesir, Tembok Besar di Cina, Mesjid Taj Mahal di Agra (India), dan Candi Borobudur di Indonesia, yang merupakan beberapa bangunan “ keajaiban dunia, tidak hanya bernilai dan bermakna sejarah, melainkan memiliki nilai global yang mempersatukan umat, nilai budaya dari aspek arsitektur, nilai ekonomi dalam mengembangkan lapangan kerja dan lain sebagainya. Secara material, bangunan – bangunan semacam itu, bukan hanya merupakan pengetahuan, melainkan lebih jauh dari pada itu, wajib dijadikan acuan pendidikan mengenai nilai-nilai kemanusiaan, budaya, bahkan keagaman yang ada di dalamnya.
Berbagai perang di berbagai kawasan, terutama Perang Dunia yang tercatat sebagai peristiwa sejarah, tidak hanya dilihat dari dahsyatnya penggunaan senjata dan ngernya pembunuhan umat manusia, namun dilihat dari sudut pandang global, dapat diungkapkan nilai dan makna kemanusiaannya. Perang yang pada saat berlangsungnyasebagai ajang pertentangan berbagai pihak atau berbagai negara, ternyata setelah usai menjadi alat pemersatu berbagai bangsa dalam memikirkan umat secara global. Pengalaman buruk dari perang telah menjadi alat penyadar umat dunia untuk memikirkan hal-hal yang lebih bernilai dan bermakna bagi kemanusiaan. Bahkan secara global, meningkatkan kemampuan IPTEK yang mendukung kesejahteraan. Sebaliknya pengalaman negatif yang membawa malapetaka terhadap penghancuran umat, menjadi acuan kewaspadaan bagi kepentingan bersama. Bagi kepentingan pendidikan, perang yang merupakan peristiwa sejarah itu juga menjadi ajang meningkatkan kesadaran, penghayatan dan kewaspadaan peserta didik terhadap bahaya perang “modern” di hari-hari mendatang.
Pertemuan Internasional yang bernilai dan bermakna sejarah seperti antara lain Konferensi Asia Afrika (1955) yang terkenal dengan “ Semangat Banndung “, telah meningkatkan kesadaran masyarakat Asia Afrika akan haknya sebagai umat yang memiliki hak untuk berdaulat di negaranya sendiri, bernilai kemanusiaan yang meningkatkan “martabat” manusia di kawasan ini. Peristiwa itu juga telah membukakan mata ngara-negara “maju” sebagai bekas penjajah terhadap arti “kemerdekaan” bagi bekas negara jajahan yang wajib diperhitungkan. Dari peritiwa sejarah tersebut, telah menyadarkan masyaraka Dunia terhadap pentingnya persatuan untuk menghadapi negara-negara besar yang secara sosial budaya, sosial ekonomi dan sosial politik lebih kuat daripada negara-negara yang bersangkutan. Perspektif global sejarah yang demikianlah yang wajib diangkat dalam pendidikan.
Dengan belajar sejarah kita akan mengetahui perubahan-perubahan yang terjadi dan mampu belajar dari perubahan yang terjadi tersebut, sehingga mampu mengantisipasi, mengahadapi dan mengatasinya.
Contoh : terjadinya revolusi industri telah mengubah masyarakat feodal (berdasarkan pada tanah / agraris ) ke masyarakat industri. Sedangkan pada abad sekarang ini yang terjadi revolusi informasi, sehingga negara-negara yang menguasai teknologi informasi yang akan berjaya. Malaise ekonomi yang terjadi pada tahun 1930 an telah mengacaukan kegiatan ekonomi dunia, dan sekarang ini  juga terjadi krisis ekonomi di Asia terutama Asia Tenggara. Bila keadaan ini tidak segera diatasi akan bisa berpengaruh pada perekonomian dunia.


C.    Sejarah dan Budaya
Seorang pendidik yang mendidik anak didik tentunya harus menyadari betul tentang kondisi  saat ini. Kita tidak boleh terpukau, dan diam sehingga tertinggal dari arus globalisasi. Akan tetapi juga jangan terbawa arus, sehingga lupa dan meninggalkan nilai budaya kita sendiri.
Dalam bidang sejarah sesungguhnya globalisasi sudah terjadi cukup lama. Kita sudah mengetahui tentang perjalanan panjang Columbus, untuk mengelilingi dunia. Pengaruhnya adanya perlombaan di negara-negar Eropa untuk datang ke Asia Tenggara dalam rangka mencari rempah-rempah.
Dalam kaitannya dengan budaya, globalisasi ini lebih dahsyat lagi pengaruhnya karena menyentuh semua orang dari semua lapisan secara langsung. Pengaruh film, misalnya memberikan pengaruh terhadap prilaku manusia dalam berpakaian, bertindak, berbicara dan sebagainya. Ini yang paling dikhawatirkan karena tidak semua orang mempunyai ketahanan yang kokoh untuk menyaring pengaruh negatif dari budaya ini.
Dalam kaitannya dalam globalisasi ini, maka peran negara mengalami pergeseran, yang semula memberikan perlindungan dan mengatur, kearah yang sifatnya membentuk sikap, kesadaran dan wawasan.
a.       Membentuk wawasan kebangsaan
Ini penting karena akan memberikan landasan kuat terhadap bangsadalam menghadapigelombang globalisasi. Kebijakan pendidikan harus mulai diarahkan terhadap pendidikan global untuk memberikan pengetahuan yang luas tentang masalah-masalah global sehingga masyarakat tidak terpukau seperti yang disebutkan diatas, disebabkan karena negara tidak memungkinkanuntuk melakukan sektor terhadap semua informasi. Masyarakat juga harus memiliki kemampuan untuk melakukan sensor sendiri. Oleh karena itu pendidikan harus diarahkan untuk :
1.      Memperluas wawasan dan persepsi anak didik yang berkaitan dengan permasalahan global.
2.      Meningkatkan kesadaran anak didik kita, bahwa mereka bukan saja sebagai warga negara Indonesia tetapi juga warga negara dunia.
3.      Memberikan wawasan untuk mengkaji ulang nilai budaya yang ada, apakah masih dapat kita gunakan dan sesuaikan dengan perkembangan zaman saat ini.
b.      Dalam kaitannya dengan nilai budaya
Anak didik perlu dibekali dengan pemahaman dan pengetahuan yang cukup agar mereka mampu menyeleksi budaya lain yang tidak sesuai atau budaya kita yang tidak cukup untuk mendukung proses globalisai. Budaya seperti “ biar lambat sasl selamat “ , budaya ini tidak sesuai lagi karena ini akan menghambat kemajuan.
Dalam  kaitannya dengan kebebasan mengeluarkan pendapat juga telah mulai adanya usulan untukmembatasi informasi yang diperkirakan akan merusak nilai budaya bangsa seperti gambar dan cerita yang berbau pornografis.
c.       Memonitor aktivitas penggunaan internet
Melalui pemberi jasa internet, kalau ada yang mengambil informasi yang nilai tidak layak agar dapat diberikan sanksi.di Indonesia, sensor seperti ini sudah mulai dilakukanwalaupun masih belum ketat pengawasannya.
Usaha sensor seperti ini bukan merupakan usaha untuk mempersempit akses ke internet untuk mencari informasi, akan tetapi berupa pencegahan terhadap masuknya informasi yang melanggar etika.
Dalam era globalisasi ini ada beberapa peran negara yang berkurang yaitu negara tidak lagi menjadi poros utama dalam berbagai bidang, tetapi juga muncul peran baru. Dengan demikian maka peran negaa tetap penting, an setiap negara harus mengambil posisi dala peran barunya ini. Namun semua peran ini berkaitan dengan negara sebagai partisipan dalam era globalisasi.
Secara politis peran negara bergeser dari penentu dan pembuat wawasan kebangsaan menjadi penjaga stbilitas dan pengontrol politik baik dalam maupun luar negeri. Perlu disadari bahwa negara kita berhadapan dengan faktor luar yang sangat kuat dan diluar kontrol pemerintah kita. Oleh karena itu, peningkatan kerjasama dengan negara lain dalam segala bidang perlu ditingkatkan. Negara harus bersifat terbuka, karena kerja sama dalam berbagai bidang menuntut komitmen yang tinggi. Negara harus beradaptasi dengan sistem yang terus berubah, dan aktif mengikuti dan mengadkan perubahan.
























DAFTAR RUJUKAN

Sumaat madja, dkk. 2000. Perspektif Global. Jakarta : Universitas Terbuka.

Umi Oktyari retnaningsih, dkk. 1999. Perspektif Global. Pekanbaru. Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Direktorat Jendral Pendidikan Tinggi ProyekPendidikan Guru Sekolah Dasar.

Triatmodjo, Hamdan, dkk. 2002. Perspektif Global.Jakarta:  Depdiknas.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar